ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Friday 4 February 2011

Sajak Pertumpahan Waktu IV

elang kelelahan
lautan adalah bayang kejatuhan dan kematian
ketersesatan seonggok jasad
dicabik paus kehidupan
hilang tanpa abjad
di segugus karang
di setangkup radang
jiwa rayanya membiar lumat
digenggam erat sang pasti



http://sastrombudeg.blogspot.com

Wednesday 2 February 2011

Saya Jatuh Cinta Lagi?

Siang menjelang bubaran kantor, seorang kawan wanita, seorang guru,  tiba-tiba masuk ke ruang kerja saya dan serta merta bertanya kepada saya sambil 'menjap-menjep':
“Pakde, kemarin Pakde jatuh cinta lagi ya …?” Demikian dia biasa memanggil saya 'Pakde',  padahal saya lebih suka dipanggil ‘Mbahmo’.

Merah padam muka saya ketika itu.  Apalagi kata-kata itu dilempar begitu saja di depan dua orang wakil kepala sekolah yang saat itu tengah duduk-duduk di ruang tata usaha mengobrol dengan saya.

“Ah nggak mungkin. Pasti itu keliru. Yang lebih tahu tentang saya justru istri saya. Saya terbiasa blak-blakan dengan istri saya tentang hal apa saja. Itu kebiasaan saya dari dulu, meskipun sering kali terasa pahit olehnya.” Jawab saya masih agak tersipu sambil mencoba mengembalikan kejiwaan saya yang sedikit terguncang. Malu.

"Yang benar, Pakde ....!" Timpal dia masih menyerang saya sambil 'cengar cengir'.

"Ah...!" Telinga saya yang waktu kecil sering diolok-olok kawan sebagai 'kuping gajah' karena besarnya, kini dari merah mulai menghitam dan memanas.

Di rumah pun saya ceritakan kepada istri perihal pertanyaan kawan saya tadi.  Saya tadi belum sempat bertanya kepada ‘Bu Guru’ tentang kepada siapa saya jatuh cinta, gosip dari mana, dan apa tanda-tanda saya sedang jatuh cinta. Belum sempat bertanya, karena dia sudah keburu ngeloyor pergi sambil menyunggingkan senyum misteri, meninggalkan saya  dalam keadaan 'cegukan'  tak bisa ngomong apa-apa di hadapan sidang dua waka!

Jatuh cinta lagi? Di usia kepala empat jatuh cinta? 

Saya mulai menginterogasi diri-sendiri, sudah barang tentu tidak perlu dengan cara-cara  seperti reserse segala yang sampai menjepitkan jempol kaki tersangka ke  kaki kursi yang diduduki  agar terpaksa mengaku.

Belum lama ini saya iseng-iseng membaca ramalan shio saya di internet: “Waspadalah! Gosip dan skandal bisa jadi akan menimpa Anda di tahun 2011!" (inikah salah satunya?)

Lalu teringatlah saya akan obrolan bersama kawan-kawan seusia yang suka nongkrong di tempat favorit, di teras samping gubug saya sambil menyeruput kopi kental. Kami tertawa-tawa ketika topik masuk pada tingkah polah orang atau kawan pria berumur kepala empat di sekeliling kami.

Si A misalnya, yang dulu biasa berpakaian apa adanya dan ‘nglomrot’, akhir-akhir ini telah berubah total menjadi lebih bercahaya. Baju dimasukkan ke dalam celana, aroma wangi menebar di sekujur tubuhnya. Tak lupa sering ia mengumbar tawa-tiwi dan lengkingan siul dari mulut yang dimoncongkan ketika melihat perempuan muda berjalan atau bermotor lewat melintas tak jauh darinya.

Ada lagi si B, bahkan dia sudah nekat menjalin hubungan cinta dengan gadis ingusan berumur belasan. Teck ….

Jatuh cinta? Benarkah saya jatuh cinta? Benarkah hal-hal di atas juga telah menimpa saya? (Saya tertawa kecut)

Terbayanglah oleh saya para tokoh sastra dan musik:
Ada Kahlil Gibran dengan gaya cinta platonisnya, Ebiet G. Ade dengan musikalisasi puisi, Sapardi Djoko Damono dengan sajak-sajak kamarnya, Iwan Fals yang sanggup berlagu cinta dengan sangat menyentuh, elegan , dan tidak cengeng.

Masih banyak lagi.

Saya runut ke belakang kehidupan saya:
Semasa SMA, cita-cita saya banyak dan berubah-ubah. Namun pada penghujung kelas tiga telah mengerucut menjadi mantap: Saya ingin jadi psikolog.

Cita-cita terakhir tersebut terinspirasi oleh seorang penyair kota Semarang yang juga dosen (dekan?) fakultas psikologi di sebuah universitas swasta di kota itu. Darmanto Jatman.

Di tahun delapan puluhan, beliau adalah salah seorang penyair yang sering membacakan puisi-puisi karyanya di TVRI Stasiun Yogyakarta. Saya suka terpingkal-pingkal dan terpesona oleh cara beliau membawakannya. Melankolis dan kenes.

Kenyataannya sampai detik ini cita-cita menjadi psikolog tidak kesampaian.

Selain itu, saya juga seorang pengagum tokoh Semar dalam seni pewayangan. Sosok punakawan setengah dewa yang pintar mumpuni dan berilmu tinggi tapi tetap rendah hati, sederhana, bersahaja, serta menjadi penebar kasih sayang kepada siapa saja. Saya sangat terobsesi menjadi “Sang Pamomong” lengkap dengan fasilitas filosofinya.

Saya ingin berguna bagi orang lain tanpa berharap balasan atau untuk keuntungkan diri sendiri. Saya ingin menjadi tempat bertanya bagi banyak orang dan dapat membantu memberi solusi bagi masalah-masalah keruwetan hidup anak manusia.

Yang tersebut di atas ternyata juga masih belum bisa saya tunaikan walaupun tak seideal gambaran tokoh Semar aslinya. Sekalipun. Semua hanya mimpi di siang bolong.  Saya masihlah seperti manusia 'Mbahmo' yang kemarin: Bodoh dan sok suci!

Maksud penggambaran di atas adalah, saya lebih ingin dan cenderung mendahulukan ‘kasih sayang’ kepada sesama ketimbang ‘cinta’. Konon ‘cinta’ adalah bentuk memberi yang ingin diberi juga. Berbeda dengan kata ‘kasih sayang’, mau memberi tapi tak mengharap balasan. Sebab bagi ‘kasih sayang’, keikhlasan lebih berharga dan memuaskan perasaan bagi yang berhasil melakukannya. Itulah idealnya. Kenyataannya, sampai sekarang juga, saya  masih menjadi manusia yang berangasan dan temperamental.

Jatuh cinta? Benarkah saya jatuh cinta lagi?
(Saya tertawa masam)

Pagi-pagi sekali saya sudah berangkat ke tempat kerja dan tak sabar untuk bertemu kawan wanita tersebut.  Semalaman saya tidak bisa tidur karena lemparan bola ‘cinta’ nya itu.

Setelah menunggu sekitar satu jam, saya bertemu dia di ruang perpustakaan. Saya agak kikuk juga saat menanyakan perihal ‘kejatuhcintaan’ saya seperti yang dikemukakannya kemarin.  Setelah berhasil saya sampaikan pertanyaan saya meski sambil agak terbata, tertawalah dia ngakak sengakak-ngakaknya.

“Saya memang sedang ngerjain Pakde. Tumben hari Minggu kemarin Pakde berduaan dengan nyonya masuk keliling kalangan (pasar)! Seperti orang yang sedang pacaran dan jatuh cinta! Hehe….”

Kurang asem!

Tapi saya maklum dan mungkin tidak berlebihan kiranya dia bersikap dan berkata begitu. Sebab, meskipun rumah saya berada di lingkungan pasar (pinggir jalan besar tiga puluhan meter dari pasar), dihitung-hitung sudah lebih dari setahun saya tidak masuk  pasar dan menikmati keramaian jual beli di dalamnya.    Apalagi sampai keliling bareng istri sambil berpegangan tangan!

Jatuh cinta? Benarkah saya jatuh cinta lagi?
(Saya tertawa, kali ini benar-benar bahagia dan manggut-manggut mengakuinya)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Kahlil Gibran)

Sahabat adalah pemenuhan kebutuhan jiwa.
Dialah ladang hati, yang ditaburi dengan kasih dan dituai dengan penuh rasa terima kasih.
Sahabat adalah naungan sejuk keteduhan hati dan Api unggun kehangatan jiwa, karena akan dihampiri kala hati gersang kelaparan dan dicari saat jiwa mendamba kedamaian.
Ketika ia menyampaikan pendapat, kalbu tak kuasa menghadang dengan bisikan kata “tidak”, dan tak pernah khawatir untuk menyembunyikan kata “ya” 
Bilamana dia terdiam tanpa kata hati senantiasa mencari rahasianya
Dalam persahabatan yang tanpa kata, segala fikiran, hasrat, dan keinginan terangkum bersama, menyimpan keutuhan dengan kegembiraan tiada terkirakan. 
Ketika tiba saat perpisahan janganlah ada duka, sebab yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin akan nampak lebih cemerlang dari kejauhan.
Seperti gunung yang nampak lebih agung dari padang dan ngarai.

Lenyapkan maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Karena cinta berpamrih yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
bukanlah cinta, tetapi sebuah jaring yang ditebarkan ke udara
hanya menangkap kekosongan semata.

Persembahkan yang terindah bagi persahabatan. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Karena persahabatan kan kehilangan makna jika mencarinya sekadar bersama guna membunuh waktu. Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu.

Sahabat kan mengisi kekuranganmu bukan mengisi kekosonganmu.
Dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa kegirangan
Berbagi duka dan kesenangan karena dalam rintik lembut embun, hati manusia menghirup fajar yang terbangun dan kesegaran gairah kehidupan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


http://sastrombudeg.blogspot.com

Monday 31 January 2011

Sajak Pertumpahan Waktu III

ada yang kutunggu dari mata agungmu
sebersit kode sinonim kata
lembayung kepagian mencumbu embun
pohon-pohon siwalan menjatuhkan pelepahnya
dengan ranting-ranting berduri belukar setia memapahnya

ada yang kutunggu di kelakmu
bertegur sapa tanpa dupa
dari tersesat di rawa ranggas tersenyap
pasir hisap yang mengertap

http://sastrombudeg.blogspot.com

Thursday 27 January 2011

Puisi Kapas

 
aku tak ingin buang-buang sayang di jalanan
ini hanya sekumpulan puisi kapas terlanjur kulepas
aku seperti kertas yang terjajah
dicoret semau kau suka!
di kepala, aku banyak hilang bendahara kata
kaukah itu pembajaknya?

tapi penaku tak berujung bermata waktu
muskil sungguh tinta-tinta lalu kering terbakar jadi kerut kulit mati!
ini adalah ngarai terdalam dan tergelap terpendam
isyarat penghentian sebuah hati membungkam bayang sihir pertemuan
di pekuburan sajak yang telah berabad lepra!
di mana galian pada semak itu
terakhir aku diam terbaring tanpa pusara ….

http://sastrombudeg.blogspot.com

Monday 24 January 2011

Sajak Pertumpahan Waktu II

 
memang pernah datang menyelinap,
di antara senja dan rembulan berjerawat.
aku angkat tangan sambil tergagap,
kuakui dasyatnya, meski kini berangsur senyap, 
aku tahu sekantung oksigenku tersimpan di sana
tak ingin aku  melupa, mengebiri yang pernah ada
hati bernajisku gagal bicara, diam-diamlah di sajadah tua
menepismu! lukai buah-buah jambu air di beranda rumah
ingin kupinang dikau jadi inspirasiku
aku tak ingin menjadi penjaja
di lorong-lorong beton dan baja

wahai segayung waktu tertumpah
terkabar apa lagi di pagi buta
aku ingin susuran sehalusnya
tak ada sentakan detak arlojiku
aku hanya ingin memberi yang bisa kuberi
tak berpikir untuk menerima apa pun bentuknya
seperti sastra terakhirku
dzikirku menjadi noktah antara subuhmu,
mengerat sisa pertumpahan waktu
semoga lagi-lagi tak enggan kau eja!

http://sastrombudeg.blogspot.com

Selamat Pagi, Koruptor!

 selamat pagi, koruptor!
(jangan khawatir, sapa ini juga tertuju padaku)
apa lagi hari ini yang hendak kalian sayat dari negeri ini?

selamat pagi, koruptor!
(jangan khawatir, sapa ini juga tertuju padaku,
karena aku tahu, di negeri ini, koruptor merata tersebar
tapi tak pernah kita sadar)
apa lagi hari ini yang hendak kalian hisap dari puting ibu pertiwi?
susu tak lagi ada, darah telah mengering!

selamat pagi, koruptor!
hanya produksi borok-borok dan nanah  jelata yang kini tersisa,
masih tegakah untuk dijual agar kalian tambah kaya?

mungkin karena negeri ini bernama indonesia ...



http://sastrombudeg.blogspot.com

Wednesday 19 January 2011

Sajak Pertumpahan Waktu

terbanglah terbang
meniba cakrawala merah tembaga seusai subuh
semoga tak ada koyakan kibaran hati
setenang fajar, setenang fajar
setenang nelayan menggulung layar

terbanglah terbang
ada hari-hari doa duapertiga malam gulung-gemulung
berkuntum-kuntum kuseduh linangan
inang-inang persembahan penenang  perjalanan
khusuk terantar: selamat jalan waktu!

http://sastrombudeg.blogspot.com

Sunday 16 January 2011

Anakku Kecewa!

aku tahu, mungkin ini bukan puisi
tapi maki!
adakah bahasa yang lebih halus dari ini tapi bisa sadarkan mereka?
bui saja nggak sanggup,
apalagi sebatas puisi atau maki,
astagfirullah!
mungkin ini hanya terjadi
di sebuah negeri bernama indonesia!
 -----------------------------------------------------------------------

anakku kecewa,
reformasi birokrasi yang dilantang-lantang menteri
di spanduk berkibaran depan kantor institusi
ternyata hanya slogan embun pagi
ternyata sorban penutup daki!

anakku mahasiswa kedinasan itu kecewa,
ketika pola pembentukan karakter calon perwira hanya mengacu
pada daulat tuan, bukan indonesia raya!
pelajaran moral di kelas berstandar ganda:
pancasila sebagai ideology dijunjung tinggi,
tapi pelanggaran terhadapnya tersirat tetap harus dimaklumi!

o….
malangnya anakku!
malangnya indonesiaku!

tetaplah dengar kata bapakmu, wahai anakku!
sekarang begitu banyak manusia memborong gelar menempel di mana-mana
bertrilyun rupiah uang indonesia membiayai beasiswa mereka ke luar negeri
tetapi indonesia tidak mendapat apa-apa....
gelar-gelar itu hanya menjadi penyambar dan pembayar jabatan apapun juga jabatannya.
gelar-gelar itu ternyata hanya membebani anggaran indonesia

para dosen tak lagi menyelamatkan indonesia masa depan
tapi tetap setia pada penyelamatan pekerjaan mereka sendiri
kemunafikan itu dibaca mahasiswa!
dan karena biaya hidup tinggi dalam perkuliahan itu
dua juta sebulan biayamu kurogoh saku dari meja sablon!
mahasiswa lalu ikut-ikutan bergaya birokrat sejati!
semoga kau dan kawan-kawanmu mengerti,!
engkau dididik untuk menjadi pelayan!
semata-mata untuk menjadi pelayan! mengapa harus bangga diri dengan status kepelayanan yang belum dijalani!

sampaikan salam tamtama sudra bapakmu ini kepada mereka!

kesombongan strata 1,…, …2, ….3,…!
memberangkus nurani keindonesiaan para muda!
keangkuhan strata 1, 2, 3 …!
menzolimi idealisme para muda!
mereka lupa, sang doctor honoris causa affandi pernah dihina keluarga basuki abdullah karena otodidaknya!
juga lupa kehebatan filosofi sudirman si guru sekolah rendah itu, bukan hasil didikan knil ningrat belanda!

anakku kecewa atas pembentukan jiwa mendasar keindonesiaan di kampusnya,
tapi anakku, bila kau harus keluar dari almamatermu sekarang,
dan pindah ke sekolah lain yang kamu harap merdeka itu,
sanggupkah dengan status kemahasiswaanmu yang baru itu
lalu engkau dapat mengubah indonesia sesuai keinginanmu (kita)?
percayalah, dekadensi ini telah merasuk di semua lini!
kita saat ini manusia kecil (saya percaya kamu tidak kerdil)
bahwa kegelisahan terhadap keindonesiaan yang seperti ini tidaklah baru kemarin sore,
iwan fals, rendra, rhoma irama, budiman sujatmiko, sudah lebih dari dua puluh lima tahun merasakannya.

ini bukan indonesia di kepala soekarno
ini bukan indonesia di kepala hatta
ini bukan indonesia di kepala soedirman
ini bukan indonesia di kepala surya paloh
ini bukan indonesia di kepala sri sultan hb ix, x
ini bukan indonesia di kepala para tetua adat budaya nusantara
ini bukan indonesia di kepala para perintis nasionalisme indonesia
yang datang dari ribuan pulau di kepulauan nusantara

pasti,
pasti,
sebentar lagi ada yang bergerak,
sebentar lagi ada yang bergerak,
pasti!

kegelisahan bapak saat aksi 98
yang harus bernyanyi padamu negeri di ladang-ladang kering tanah podsolik
di daerah transmigrasi itu
semoga tak terjadi padamu!
pesan bapak:
berangkatlah!
estafet iwan fals, rendra dan lainnya, sekarang,
sekarang bapak letakkan di pundakmu!

jangan takut!
bapak bangga bila kamu harus mati karena kebenaran itu!
bapak di sampingmu!
kitakah martir itu. kitakah martir itu!

jangan takut siksa,
jangan takut culik,
salam perwira  dari tamtama sudra!

aku tahu engkau menangisi indonesia kita (bukan indonesia mereka)
indonesia kita adalah indonesia yang merasa dibebani tangis para buruh tani dan pekerja pabrik,
orang-orang beragama yang ingin beragama secara baik-baik pula
para pintar yang ingin jadi pns tapi tak punya uang 150 juta (yang lalu dikeliti karena tak ada bukti)
para cerdas dan sehat yang ingin jadi tentara tapi tak punya uang 400-500 juta! (yang lagi-lagi juga lalu dikeliti karena tak ada bukti)

kita hidup di negeri revolusi
yang bangga dengan revolusi
tapi tertimbun oleh berkarung-karung kotoran
rezim hasil revolusi

jutaan cinta indonesia mereka (bukan indonesia kita),
aku menghitungnya,
seperti merinci najis di mata dan hatiku sendiri!


http://sastrombudeg.blogspot.com

Wednesday 12 January 2011

Terserah Kau Juduli apa! (VIII)

bercak bening itu
sesungguhnya hanya menunggu jelma pada detik selanjutnya
tapi hati berlumut tak berpenghuni rasa itu telah tercerabut
menyingkir dari waktu terbersit

bercak bening itu
seharusnya menjadi sendang lepas dari penantian
bersulap diri menjadi sayap
menjadi paruh menjadi burung
terbanglah tenang di jauh sesalan!

hidup barumu itu
salam penutup paling bahagia
yang paling ada!




http://sastrombudeg.blogspot.com

Tuesday 11 January 2011

Terima Kasih, Tuan Indonesia!

datang di negeri tuan,
seperti menjelajahi perkuliahan di akademi paling purba di zaman ini:
kami mengikuti kuliah-kuliah umum di lapangan-lapangan terbuka, 
di gedung-gedung pengadilan, di kantor-kantor pelayanan pajak, 
advokasi friends and brothersnya, lembaga pendidikan, serta pelayanan publik lainnya,
di stasiun televisi, lembar koran, jalanan, rumah sakit, dalam penjara, ....

kami diajari korupsi dan bagaimana cara meloloskan diri ke luar negeri,
kami diajari politik dan bagaimana cara melanggengkan kekuasaan,
berpikir melulu tentang supremasi dinasti tanpa kenal malu,
kami diajari ekonomi dan bagaimana cara mengeruk keuntungan tanpa nurani
kami diajari hukum dan bagaimana cara hidup di dua tempat dalam waktu yang sama
kami diajari agama dan bagaimana cara berkotbah secara munafik
tapi tetap memperoleh rating tinggi di televisi
kami diajari bermain bola dan bagaimana cara mengatur pertandingannya
kami diajari bahasa tentang makna kata dan istilah blunder politik dan hukum, standar ganda kebijakan, oknum, manipulasi data, politisasi hukum dan sepak bola, ...
bendahara kata yang saya dapatkan terasa luber di kepala ...

kami juga tak melewatkan pentas-pentas teater budaya negeri tuan:
anekdot-anekdot petinggi hukum yang statementnya mencla-mencle, 
anggota dewan penuh perdebatan, tapi  keputusan-keputusan yang dihasilkan, ternyata berdasar analisa-analisa dan pola pikir yang tak lebih baik dari keluh kesah buruh tani tak berpendidikan, pegawai rendahan atau gelandangan yang mengais sisa makanan di tong sampah gedung dewan, atau bahkan lebih sering hasil analisanya kalah matang dari ocehan mabuk para penganggur, maling, atau perempuan nakal yang mangkal sambil minum anggur dan bermain catur.

terima kasih tuan indonesia,
engkaulah maha guru ilmu kebobrokan dan kebodohonan terbaik 
yang pernah ada di muka bumi!


http://sastrombudeg.blogspot.com