ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Tuesday 27 April 2010

Birokrasi Kita, Keropos dan Usang

 
ganti baru atau cat ulang?
o...! sungguh sial! tetap saja dipertahankan!
mungkin karena ini negeri bernama indonesia....

http://sastrombudeg.blogspot.com

Thursday 8 April 2010

Bagi Helai Rambutmu

http://sastrombudeg.blogspot.com

Inmemorium

http://sastrombudeg.blogspot.com

Hujat

http://sastrombudeg.blogspot.com

Di Palestina ada Bunga

http://sastrombudeg.blogspot.com

Di Ulang Tahun Ke-VII-mu

http://sastrombudeg.blogspot.com

Metamorfosa

http://sastrombudeg.blogspot.com

Dahaga Penyair Transmigran

http://sastrombudeg.blogspot.com

Pesta belum Berakhir

http://sastrombudeg.blogspot.com

Setangkup Hati dari Ladang Transmigrasi

http://sastrombudeg.blogspot.com

Lagu Malam Penyair Transmigran

http://sastrombudeg.blogspot.com

Saturday 3 April 2010

Aku di Pinggir "Zaman" Siapa (perca puisi pendek)

aku di pinggir "zaman" siapa
aku semakin 'pah-poh' saja
ini zamanmu
ini zamanmu

biar aku di pinggir saja
setia pada garis waktu
menontonmu....
menontonmu....
sekali waktu menepuktanganimu
menertawabahakimu
menangisimu

aku iri
jujur kuakui
aku iri
peninjauan, 20 pebruari 2010



embun detik – detik telah berlalu
sehati mencari cinta
yang terbuang
kala lajang menentang

sumpahku menggenang
antara darahku dan nafas
sehati kita
tak ada sejati
gelombang bukti adakah sumpah yang menutup mata
jangan sisakan hatimu pada orasi yang menggiring senja jatuh di cakrawala
buanglah sampah sampah itu
agar perjanjian ini tak dikotori oleh darah mati

menderu apapun
aktifkan saja apa yang akan diaktifkan oleh pertarungan dari
apakah kita lalu menghendaki semua ini seperti limpahan rezeki yang tak tertandingi oleh apapun juga
sehingga nalar tak berpedoman pada akhir hidup yang tak nyaman.
mari kita menikmati saja rasa yang membangkang di lubuk hati terdalam
hanya itulah yang bakal lahir
keindahan yang menjulur pada sekujur peradaban manusia

wahai sang pengembara, jejakmu tertinggal di padang
semoga seluruh titahmu terakomodasi dengan baik
peninjauan,2008-2009
Idheoth
( generasi gagal panen? )

idheoth namaku !
terlahir ketika kemapanan tengah dipetakan
aku lahir ketika revolusi belum lama diakhiri
orde baru merintis jalannya

aku tak tahu,
dalam darahku terkandung apa
aku mudah menggelegak
tapi juga mudah ciut bak pengecut

lalu
apa yang menggerakkan seluruh syarafku
aku tak juga tahu

utopia seperti menggelinding begitu saja
realita seringkali berbenturan dengannya
pembelajaran tak pernah selesai
pembentukan demikian juga

kemudian
apa songsongan yang hendak dimatikan
tak aku tahu

akulah idheoth itu
yang melanglang menindas kemerdekaan diri
yang menjelang tak pernah terjelang
yang melenggang tanpa irama gendang

idheoth namaku
tempat keberhasilan selalu terkurungkan
14 oktober 2007 riyaya kaping kalih



pada sebuah pesta
yang dialiri susu madu dusta
rakyatku berbondong melahap:
angin yang berhembuskan

seketika aku melaknatku sendiri
adakah seuntai ramalan menguntai dendam 
4/12/2009



kamis kliwon, 02 april 2009
6 bakdomulud 1942
6 rabiulakhir 1430 h

pagi itu, gugur sudah kewajibanmu menghirup debu dunia
selamat jalan, bapak! 
4/14/2009



ini sayat rindu
yang mengotori waktu
perjumpaan keadilan
dimitosi keniscayaan
sebarluaskan sayang
jelmakan menjadi …………………….
11/15/2009 22:53:45




ini dindingmu!
biar aku di luar!

berapa tegihan kau temu?

ini dindingmu
aku di luaran 
11/18/2009 12:51:35 am




onggokilah aku dengan sampahmu!
tenggorokanku masih lapang menerima waktu?
11/18/2009 12:52:46 am





pada setangkai kata
yang meruyak menjadi deretan drama
dan rumputan noktah
abjad tak berurutan
tumbuh merayapi syaraf pertumbuhan jiwa

aku bertubi
…………………. 
peninjauan, 09 nopember 2009 21:38:36


darahku tersisipi limbah rindu
entah di mana kutemu
entah ke mana arah alirmu
12/14/2009 12:14:35 am

rinduku berjulang
12/14/2009 9:55 pm

ada selongsong rindu
jatuh di pinggir jalan
adakah yang terbidik korban malam ini
ataukah hanya keisengan menepis kelam?
15 december 2009 3:48:27 pm

lautan naskahku
hilang ditelan rezim ekonomi
dan aku menganyamnya jadi sebentang mimpi
di arus keuzuran
adakah waktu
terganti
15 december 200919:55:21

kau yang menyamun
aku yang disamun
aku yang berutang
mangapa kau harus bayar
ini renik
tak pernah berbentuk manik
sejumput remah ampas kopi semalam
dan pagi mencuci gelas kotor
12/19/2009 11:57:00 pm

batu-batu nisan para pujangga
tak bicara apa-apa
karena roh sastra
menggelandang di ladang-ladang gersang
buku-buku tebu rapat tak berjeda
kerdil jagung-jagung muda

batu-batu nisan para pujangga
tak berbatu warna
sebab setiap detak waktu
adalah warna

batu-batu nisan para pujangga
tak!
12/20/2009 12:14:31 am

aku tak melihat guguran lava
berpijaran di sekeliling jiwa
angin seperti bergagang waktu
menabokiku
sepanjang waktu

badai kehadiran
itu
kutunggu
12/25/2009 3:18:50 am

sering
rencana berjalanan
12/25/2009 3:24:38 am

pada secarik keheningan
yang tercabik dari seplano kehirukpikukan
aku mengantarmu
batas pagar semampu-mampu kutembus
kabut yang berjalan beriringan
lalu berpisahan
bulu-bulu angsa yang gagal diterbangkan
berhinggapan di daunan asing
aku menyatir puisimu
menyanyikannya seperti keparauan menyayat ladang kelam kemarau panjang
tapi kedinginan musim penghujan
menyerupaimu
menyerupaimu
12/26/2009 1:34:36 am

mobilmu seperti hukum mengetuk kepala prita
sama dengan kepala rakyatmu
12/30/2009 12:32:32 am

bermandikan magma
menyeluruh
mendalam
menjiwa
menyetubuh

apimu
terkatung menyelundup
1/1/2010 4:25:55 am

aku ingin segelas kopi
dengan sepucuk sendok teh gula tebu
sebelum sinyal waktuku
1/1/2010 4:28:49 am

biusmu menyerupa
pada wajahku terstempel dogma
bilas raut banditku
adakah terekam dalam ranamu
1/1/2010 4:33:34 am

aku tak tahu
kenapa serasa harus bersiap
ditunggu waktu yang kuucap dulu?

keberanianku kuncup
anak-anak manis
menggelayut
1/1/2010 4:35:30 am

sisa mabukku menempel di seliwir
rambut di janggutku
masihkan harus bercanda tentang mati
dalam raung kepayang kelelahan
1/1/2010 4:38:47 am

ya, ini hanya gundukan dzat bernama waktu
aku mengais, menggali, melorongi, mengintimi, dan apa lagi!
inti kedalaman
di mana aku menjejak?

tapi waktu juga
menentukan lenyapnya
kesiaan itu
ujung pisau pencarianku
ujung pisau pencarianku
ujung kesiaanku!
1/3/2010 2:12:19 am

wahai ombak sang pelabuh
penyingkir karang
rumput-rumput laut
1/13/2010 1:58:07 am

jadikanlah anak-anakku
sebagai seorang polisi yang tidak berdoa dan merindukan agar ada yang melanggar hukum sehingga ada tindakan
sebagai dokter yang tidak berdoa agar selalu saja ada yang sakit sehingga ada pengobatan
sebagai guru yang tidak berdoa agar selalu ada anak-anak bodoh sehingga pendidikan tetap berjalan
sebagai ……………………..
1/13/2010 2:10:27 am

ambarawa
rel mati
ke tuntang
benteng willem i
tepi rawa pening

ambarawa
halte
penanti bus-bus tua berkepala
gelas-gelas teh yang dionggok di atas kios rokok
dihampiri dan diteguki calo dan kondektur
bangku tempat kita saling tunggu
di mana kini …

ambarawa
tak ada reuni
semua sibuk sendiri
anak-anak rangga tirta
sudah dua yang mati
gedung pemuda,
teriakan salah ucapku
masihkah mengganggu tidur kalian …

ambarawa
di terminal bus antarkota nasi rawon kemanisan
tak hangat lagi untuk dinikmati
dan panjang kidul,
pohon-pohon sawo di perempatan jalan
rumah tua, jendela-pintu kaca
buram oleh embun senja bulan desember
anakmu sudah berapa …

ambarawa
lonceng gereja jago berdentang di subuh buta
seperti supit udang harus mulai digenderangi
dan gerilyawan merayap di tebing-bukit jalan
dan tank nica bergerantangan di terang fajar tiba …

ambarawa
rinduku mati …
1/25/2010 12:43:58 am