coba ingat kembali, sebelum pemilihan raja tempo tahun, di sekeliling
kita berseliweran berita / kabar dari mulut ke mulut bahwa kalau petruk
menang jadi raja, harga balam/karet akan naik. sudah barang tentu,
karena berita ‘baik’ itu, para pekebun karet yang saat itu sedang
‘sekarat’ akibat harga karet yang terpuruk tajam menjadi terpesona dan
terhipnotis serta berusaha mempercayainya (karena di situlah titik harap
mereka).
apakah tiga tahun berlalu setelah itu (sekarang ini), harga karet sudah sesuai harapan seperti yang didesas-desuskan dengan kencang pada saat itu? ternyata belum bukan? karena informasi yang benar adalah naik-turun harga karet memang berada di kekuasaan pasar dunia, bukan karena kekuasaan si petruk!
apakah tiga tahun berlalu setelah itu (sekarang ini), harga karet sudah sesuai harapan seperti yang didesas-desuskan dengan kencang pada saat itu? ternyata belum bukan? karena informasi yang benar adalah naik-turun harga karet memang berada di kekuasaan pasar dunia, bukan karena kekuasaan si petruk!
jaringan tim sukses memang kadangkala ‘sangat kejam dan tidak
bertanggung jawab’ dalam melakukan aksi-aksi kampanye demi memenangkan
sang jagoan. dari mana sumber kabar harga karet ‘pasti’ naik berasal?
pusat memberi breafing pemenangan, mesin partai mulai bergerak. legislatif pendukung dan segala macam jaringannya bergerak dengan membaca trend dan ‘kegelisahan’ di wilayah masing-masing. misal, di suatu wilayah pertanian, petani yang memiliki masalah dengan kelangkaan pupuk, maka jaringan ini mengolah sedemikian rupa sehingga terbentuk opini luas bahwa kalau petruk jadi raja, masalah ini pasti beres tertangani, lihatlah si petruk itu, karena keberpihakannya kepada rakyat kecil, rela bersusah-susah melenggang di pematang sawah untuk menampung aspirasi petani.
tentang pekebun karet, demikian juga adanya. barangkali sudah menjadi bagian dari jaringan pemenangan, saya ‘mensinyalir’ bahwa berita akan ada kenaikan harga karet bila petruk jadi raja, adalah bersumber dari ‘ring-ring’ pedagang besar (pabrik pres) yang ‘digetok-tularkan’ secara informal (saat ngobrol sambil ngopi bareng di warung dll.), baik melalui para tauke, sopir-sopir pengangkut getah dari petani ke pabrik, atau melalui siapapun yang berdekatan dengan ring itu. dari mereka, turunlah berita tersebut menyebar ke mana-mana, terutama sampai ke target utama (pekebun).
cara kerja demikian adalah cara kerja ‘kuno’ tapi masih ampuh/efektif untuk (maaf) memangsa pasar suara dari kalangan tertentu yang dilatarbelakangi oleh tingkat keperdulian politik serta kemauan bermain analisa informasi yang sangat rendah. dalam hal demikian, si partai pendukung petruk akan menina-bobokkan penikmatnya dengan mengeluarkan statement ‘rakyat yang cerdas adalah rakyat yang memilih petruk!’.
dengan modal hoax tersebut, si petruk saat ini nyaman nangkring di singgasananya dan berharap dapat menambah satu porsi jabatan lagi, menjadi dua periode!
itulah hoax yang sebenar-benar hoax!
http://sastrombudeg.blogspot.compusat memberi breafing pemenangan, mesin partai mulai bergerak. legislatif pendukung dan segala macam jaringannya bergerak dengan membaca trend dan ‘kegelisahan’ di wilayah masing-masing. misal, di suatu wilayah pertanian, petani yang memiliki masalah dengan kelangkaan pupuk, maka jaringan ini mengolah sedemikian rupa sehingga terbentuk opini luas bahwa kalau petruk jadi raja, masalah ini pasti beres tertangani, lihatlah si petruk itu, karena keberpihakannya kepada rakyat kecil, rela bersusah-susah melenggang di pematang sawah untuk menampung aspirasi petani.
tentang pekebun karet, demikian juga adanya. barangkali sudah menjadi bagian dari jaringan pemenangan, saya ‘mensinyalir’ bahwa berita akan ada kenaikan harga karet bila petruk jadi raja, adalah bersumber dari ‘ring-ring’ pedagang besar (pabrik pres) yang ‘digetok-tularkan’ secara informal (saat ngobrol sambil ngopi bareng di warung dll.), baik melalui para tauke, sopir-sopir pengangkut getah dari petani ke pabrik, atau melalui siapapun yang berdekatan dengan ring itu. dari mereka, turunlah berita tersebut menyebar ke mana-mana, terutama sampai ke target utama (pekebun).
cara kerja demikian adalah cara kerja ‘kuno’ tapi masih ampuh/efektif untuk (maaf) memangsa pasar suara dari kalangan tertentu yang dilatarbelakangi oleh tingkat keperdulian politik serta kemauan bermain analisa informasi yang sangat rendah. dalam hal demikian, si partai pendukung petruk akan menina-bobokkan penikmatnya dengan mengeluarkan statement ‘rakyat yang cerdas adalah rakyat yang memilih petruk!’.
dengan modal hoax tersebut, si petruk saat ini nyaman nangkring di singgasananya dan berharap dapat menambah satu porsi jabatan lagi, menjadi dua periode!
itulah hoax yang sebenar-benar hoax!