ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Saturday 10 October 2015

Dicari: Martir-Martir Revolusi Rakyat Semesta Indonesia Raya!

sadarkah kita bahwa kita saat ini tengah di ambang 'revolusi' yang paling berat dalam sejarah kebangsaan kita semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945. kita saat ini berada pada hiruk-pikuk yang membutuhkan pengawalan ekstra dari semesta rakyat indonesia raya untuk mengamankan 'revolusi moralitas' bangsa indonesia. 

jargon 'reformasi' saat ini ternyata sudah tidak laku dijual dalam kehidupan berbangsa. terlalu singkat sungguh! apabila hanya dalam kurun waktu tak lebih dari 12 tahun, jiwa-jiwa bermental korup telah bangkit lagi, dan bahkan terang-terangan unjuk kebobrokan moralitas dari ketiarapannya.

jiwa-jiwa koruptor itu, mungkin saja ada dan bersarang dalam diri kita sendiri! mungkin saja akibat kita terjebak dalam area dan aura mafia. mafia hukum, mafia ekonomi, mafia agama, dan bahkan mafia dunia pendidikan! dua terakhir adalah palang terakhir pula bagi laju jiwa-jiwa koruptor dan manipulator dalam diri 'kita'. 

untuk itu, marilah kita rombak paradigma dan mitos sempit yang membelenggu alam pikir kita bahwa korupsi seolah-olah telah menjadi budaya dan hanyalah sebuah utopia belaka untuk menghapusnya!

korupsi ternyata memang sudah menjadi urat nadi eksekutor dalam segala bentuk penyelesaian semesta masalah-masalah kehidupan kita. termasuk urusan bisnis, keamanan, atau pun sekedar urusan mencari sesuap nasi, barangkali kita telah terkontaminasi dengan virus korupsi dan manipulasi, karena mungkin danau besar di atas awan bernama negara kesatuan republik indonesia telah teracuni. entah siapa menaburnya dan dari mana hulunya. 

korupsi bisa kita singkirkan hanya dengan cara merevolusi mental dan moralitas diri kita sendiri, ya, masing-masing kita! sekecil apa pun kita sekali pun. kita yang tinggal di kota, di pulau terluar, atau dalam profesi apa pun. (saya terbahak), bukan cuma berteriak-teriak di jalanan menjadi kepanjangtanganan politikus oportunis yang sudah bertanggal kadaluwarsa dan tak punya 'momongan'. 

jangan takut, beranilah berkata dan bertindak 'tidak berkorupsi' dalam lingkup kerja, pergaulan, atau dalam sel terkecil sekali pun.

tak perlu takut dan jatuh gengsi dicap sebagai pahlawan kesiangan! tak perlu merasa tersingkir dari jungkir-balik logika mereka (para promentalitas korupsi). 

selamat datang martir-martir 'revolusi moral semesta rakyat indonesia raya'.kebanggaan dan kejayaan kita bukan melulu tentang borobudur, tentang toba, tentang warok, dan eksotika pulau dewata, wayang, batik, atau komodo. kebanggaan dan kejayaan kita selanjutnya adalah tentang cita-cita, mimpi besar, dan menyatakannya! lalu berlanjut dengan mimpi-mimpi besar di langit indonesia raya lainnya, dan kita berbondong menyatakannya! inilah dinamika sebuah bangsa yang tak ingin tergilas 'saudara serumpun'nya! di saat bangsa-bangsa di belahan dunia sana tengah menikmati dan terus saja menuliskan kenyataan-kenyataan manis buah mimpi besarnya, dan terus saja mencipta mimpi-mimpi besar mereka yang baru, ....

ironisnya, .... 

kita saat ini justru tengah dalam kebingungan dan belajar kembali sekedar untuk mengerti tentang apa arti mimpi besar bagi sebuah bangsa! 'revolusi' ini tidak membutuhkan orang-orang politik yang hanya setia pada partai, 'selebritis bermuka agamis', orang-orang hukum yang hanya berdedikasi pada baju korps sendiri, yang hanya pandai bantah-membantah dan bermental oportunis, para pedagang yang bermental 'ngemis tender' dan berpat-gulipat angka-angka proyek! 

tak usah saling menyalahkan!

tak perlu pula kita tunjuk hidung 'gayus-gayus' atau yang lain! dari situlah kita ditonton oleh para duta besar negara asing sebagai opera kurcaci-kurcaci kerdil! revolusi ini adalah revolusi mental dan moral semesta rakyat indonesia raya! tak terkecuali! 

ini bukan melulu masalah pemerintah pusat. percuma, pemerintah pusat ngotot membentuk tim pemberantasan mafia-mafia virus bejat nan merugikan bangsa, apabila orang-orang di daerah cuma berani nonton dan ongkang-ongkang serta tidak berkomitmen terhadap denyut nadi pemberantasan korupsi bangsanya.

sadarkah kita bahwa kini daerah telah menjadi tempat berlindung paling aman bagi jejaring mafia-mafia tersebut di atas. saya ’sinyalir’ banyak ’orang pusat’ merasa lebih bebas dari sorotan dan ‘nyaman’ menyusun tahapan karier ke pusat-nya dengan dukungan suasana daerah dalam sikap keabu-abuannya terhadap korupsi dan manipulasi. 

tak ada oknum di sini. ini adalah kesalahan sistem yang ’menyemesta’!

untuk sementara, diam dululah pak politikus! ini bukan ranah politik aji mumpung .... 

diam dululah pak hukum! ini bukan wilayah pasal-pasal kalian …. 

diam dululah dari bicara yang melulu berdasarkan logika disiplin ilmu, pangkat, jabatan, profesi, dan strata pendidikan sendiri. 

ini adalah masalah dekadensi moralitas! (yang pernah ditulis seorang kawan sma saya pada tahun 80-an yang kenyataannya makin parah). dengan ppkn tidak mempan! dengan pendidikan agama justru ’tambah pintar dan berani’ korupsi! lalu harus dengan apa lagi? 

sekarang, yang kita butuhkan adalah jiwa-jiwa perwira bukan hasil didikan akademi atau sekolah tinggi. jiwa-jiwa perwira yang sanggup dan bersedia berebut di barisan paling depan untuk 'me-revolusi mental dan moralitas kita’! 

jiwa-jiwa perwira manusia pribumi dan keturunan yang secara sadar dan ikhlas me-revolusi mentalitas dan moralitas kebangsaindonesiaannya. bukan hanya mau mengeksploitir kekayaan sumber daya alam dan pasar besar bangsanya. 

selama ini, kita ternyata hanyalah sekumpulan manusia yang mencoba (bahkan tidak pernah mencoba) berteriak sebagai bangsa besar, tapi tak berdaya menggambar mimpi-mimpi besarnya, apalagi mewujudkannya! 

selamat datang martir semesta rakyat indonesia raya!'

revolusi mentalitas dan moralitas semesta rakyat indonesia raya bukanlah melulu tentang korupsi dan underbownya. tapi momentumnya dimulai dari sini. 

selamat datang perwira-perwira pertiwi!
 (2010)

http://sastrombudeg.blogspot.com

Sunday 4 October 2015

Unduh Buku Induk Siswa SMA Ukuran A3

Buku induk siswa SMA ini saya buat secara melintang (landscape) ukuran A3. Perlu diperhatikan, setting di Word ukuran custom size 42.0 cm (420 mm) dan 29.7 cm (297 mm) dengan margin dilihat sendiri pada unduhan ini. Demikian juga pada setting printer (ini harus memakai printer yang mengakomodasi ukuran kertas A3, atau lebih bagus pada mesin fotokopi yang dapat dihubungkan dengan komputer-misal Canon iR5000). Pada unduhan tersebut, terdapat dua halaman, halaman satu berisi biodata siswa, halaman dua berisi nilai siswa per semester. Catatan, jangan ubah margin pada unduhan, karena sudah diset untuk jilid buku bolak-balik. Langkah printingnya, print dulu halaman satu sejumlah yang diinginkan (misal 200 lembar), setelah itu kertas dimasukkan ke baki kertas printer untuk diprint halaman duanya. Tes dulu satu dua lembar dulu, kebalik-balik apa tidak teksnya, kalau kebalik, seluruh halaman kertas yang di atas dibalik menghadap ke bawah. Bila sudah tercetak semua, jilidlah dalam bentuk jilidan hard cover (jilid keras dan tebal seperti skripsi).

Saya menganjurkan, apabila terdapat perubahan data, jagalah supaya tidak ada pergeseran halaman kertas, karena akan mempengaruhi tata letak.

Lebih afdol lagi, teks dalam format word diubah menjadi bitmap, caranya, blok halaman satu, copy, buka Coreldraw (setting A3), paste, klik dulu teks tadi, biarkan sebentar, kemudian klik mouse di luar teks tadi. Klik lagi, buat bitmap grayscale, kemudian atur tata letak (margin kanan-kiri sesuaikan untuk penjilidan nanti. Blok halaman dua dan lakukan langkah seperti tadi.

Dengan buku induk ukuran A3, buku induk akan terlihat paling besar di antara arsip sekolah (seperti album), sehingga akan sangat mudah dalam pencarian apabila salah letak oleh karena sesuatu hal.

Bingung ya? Kalau belum jelas dan bingung dapat ditanyakan ya. Salam.

http://sastrombudeg.blogspot.com

Tuesday 3 March 2015

Pesan untuk Pribumi

Saya hanya menulis pesan ini untuk kaum pribumi. Yang bukan pribumi tidak usah ikut campur!

Hanya untuk para pribumi anak – cucu yang kakek, nenek, ayah, dan ibu mereka turut berjuang nyata (tanpa rekayasa) menghadapi kolonial, berhati-hatilah kita terhadap propaganda terselubung dari para kaum oportunis. Janganlah kita terbawa arus untuk ber-save si a…save si u (save untuk orang per orang, bukan institusi). saya mencurigai di belakang si a atau si u ada banyak kepentingan memanfaatkan momen hiruk-pikuk akhir-akhir ini, memunculkan tokoh-tokoh heroik yang ujung-ujungnya meminta pengakuan lebih yang sesungguhnya merugikan kita turun-temurun dan sangat bertentangan dengan cita-cita bangsa yang telah ditebus dengan  cucuran keringat dan darah para pahlawan pendahulu kita.

Mereka membabi buta mendoktrinasi kebenaran ala mereka melalui segala cara (termasuk media sosial). Kita tidak boleh bingung dan terombang-ambing.

Kita harus berani berkata bahwa kita adalah pribumi asli (tanpa bermaksud rasis). Adalah hak kita untuk berteriak bahwa kita adalah pribumi asli yang sah dan berhak atas warisan kemerdekaan yang diperjuangkan leluhur kita. Tidak ada yang berhak menghalangi itu. Sebab, penghalangan dan penolakan terhadap pernyataan kepribumian kita adalah merupakan tindakan pengingkaran terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia1945 yang asli dan buah pikiran cemerlang founding fathers negeri ini.

Korupsi adalah musuh kita bersama dan benar harus kita habisi bersama pula. Tapi penyelesaiannya, tidak boleh melanggar undang-undang pula, terlebih memakai kata-kata sarkas yang seringkali juga digunakan oleh para kaum oportunis terhadap para jongosnya. Kata-kata sarkas yang dilontarkan oleh seorang pemimpin, tentulah tindakan tidak cerdas yang sangat merendahkan harkat-martabat orang lain, tidak negarawan, tidak memiliki sopan santun, tidak berbudaya, serta tidak ditolerir oleh agama apa pun.

Untuk para pribumi yang saat ini memegang tampuk kekuasaan saya berharap segera bertobat dan sadar. Bahwa tindakan-tindakan koruptif yang kalian lakukan, ternyata ada yang lebih berbahaya dari sekedar merugikan keuangan negara. Lebih dari itu, akibat kasus-kasus koruptif kalian, agaknya, akan dapat berkembang dan dijadikan pintu masuk oleh kaum oportunis untuk meraih dominasi mereka atas eksistensi ekonomi, sosial, serta politik ketatanegaraan kita.

Amandemen UUD 1945 Pasal 6 ayat 1, telah memberi ruang pembenaran atas propaganda para kaum oportunis ini. Seluruh lini kehidupan di NKRI ini lambat laun akan mereka kuasai. Kita akan terpinggirkan karenanya.

Selama berabad-abad di tanah air kita, mereka tidak pernah mengintrospeksi diri mereka sendiri  atas tindak-tanduknya dalam bersosial (berinteraksi), berpolitik, dan berekonomi di negeri ini. Selalu saja kita yang dianggap pemalas dan bodoh. Mereka tidak memurnikan diri dalam ketulusan bergaul dengan kita (walau tidak semua).

Filosofi para kaum oportunis ini, dari abad ke abad tidak pernah berubah dan surut. Uang dan uang! Sementara, kearifan lokal bangsa kita adalah bukan sekadar itu, kita menganggap dunia hanyalah tempat ujian untuk meraih kemenangan di alam keabadian kelak. Perbedaan filosofi ini, agaknya, sampai kiamat pun tidak akan pernah bertemu dan berdamai. Ini pun terjadi di hampir seluruh belahan dunia lainnya (baca sepak terjang mereka di negara lain, terutama Malaysia yang filosofinya segaris dengan kearifan lokal kita).

Kasus korupsi anggota DPR di mana pun adanya, adalah wilayah hukum, tidak perlu lari-lari ke ranah politik dukung-mendukung. Waspadalah. Saya tidak memprovokasi,  tapi mari kita tunggu dan cermati, jangan hanya ikut-ikutan tapi kurang dasar dan berakibat kehancuran kehidupan dan kemerdekaan anak cucu kita kelak.

Percayalah, ini murni lahir dari kekhawatiran saya pribadi dan hasil mencermati komentar-komentar para netizen yang saya duga adalah para kaum oportunis (kalaulah itu kaum pribumi, mereka merupakan korban penggiringan yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti secara utuh dan jernih atas sejarah perjalanan kenegaraan kita).
 
http://sastrombudeg.blogspot.com