ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Saturday 20 November 2010

Aksi Perduli Korban Bencana Alam oleh OSIS SMAN 7 OKU


Tepat pukul 10.20 WIB, Jumat, 19 Nopember 2010, bertempat di Bank Sumselbabel  Cabang Baturaja Kantor Kas Peninjauan, Jalan Pasar Minggu Peninjauan Kecamatan Peninjauan Kab. OKU Provinsi Sumatera Selatan, telah dilakukan pengiriman (transfer) uang sebesar Rp 10.026.000,00 (sepuluh juta dua puluh enam ribu rupiah).ke rekening 0206-01-003277-30-1 BRI Sudirman Jakarta Pusat atas nama Global TV Peduli.

Uang tersebut di atas berhasil dihimpun oleh OSIS SMAN 7 OKU melalui relawan PMR, Pramuka, serta Rohis, dan berasal dari keluarga besar SMA Negeri 7 OKU ditambah sumbangan dari sebagian anggota masyarakat Kecamatan Peninjauan, untuk disalurkan kepada para korban bencana alam yang terjadi di beberapa bagian wilayah tanah air.


(ket. gambar: saat penghitungan uang 
sumbangan di SMAN 7 OKU)



Dalam pada itu, Ketua OSIS Ahmad Shoim didampingi pembina OSIS SMAN 7 OKU, Febri Anthoni, S.Pd., mengatakan bahwa aksi door to door penggalangan dana masyarakat yang  melibatkan para pemuda dan remaja masjid di desa-desa tersebut, dimaksudkan sebagai  upaya ‘jemput bola’ atas niat anggota masyarakat menyisihkan sebagian rezekinya untuk disumbangkan bagi para saudaranya yang terkena musibah tetapi tidak tahu bagaimana cara menyalurkannya.

Selanjutnya Ahmad Shoim berharap agar aksi yang telah dilakukan tersebut dapat dijadikan momentum untuk pembentukan satgas bencana alam di tingkat sekolah, desa, dan Kecamatan Peninjauan, sehingga niat tulus anggota masyarakat dalam Kecamatan Peninjauan dan sekitarnya untuk membantu sesama yang tengah dilanda kesusahan dapat disambut dan diakomodir secara cepat, tepat, dan amanah.

 




(ket. gambar: acara serah-terima sumbangan dilakukan secara singkat dan simbolis. Relawan diwakili Ketua OSIS SMAN 7 OKU dan pihak bank oleh salah seorang petugasnya, Heri)









Catatan: Tindakan pemuatan tulisan ini  mohon tidak ditanggapi sebagai sesuatu yang ’riya’. Dilakukan semata untuk lebih memotivasi segenap anak bangsa  dalam mengasah  keperduliannya terhadap kehidupan berbangsa.
http://sastrombudeg.blogspot.com

Sunday 14 November 2010

Sampai Kapan Lanting Bertahan ...


http://sastrombudeg.blogspot.com

Adalah 'Jaka Tingkir' ala Suku Ogan.
Bila Jaka Tingkir 'Jawa' menjadikan bambu untuk menyeberang sungai/rawa sebagai 'gethek', maka 'Jaka Tingkir' Ogan ini menaikinya selama lebih kurang tujuh hari tujuh malam lalu ... menjualnya di kota!



Mereka menyusun rangkaian 'gethek komersial' (dikenal sebagai 'Lanting') ini di  daerah sekeliling Baturaja. Setelah siap, dengan perbekalan seadanya saja (tenda plastik, tikar, lampu minyak/obor, beras, dan alat masak sederhana) berangkatlah pelayaran tanpa layar mereka. Mereka tidak begitu pusing dengan lauk-pauk, karena Sungai Ogan telah menyediakan ikan yang berlimpah.

Dibawa ke mana bambu-bambu ini?
Setelah menyusuri Sungai Ogan selama lebih kurang satu minggu (tergantung arus air) dari Baturaja (hulu), sampailah 'gethek-gethek' ini di (hilir) Kota Palembang ( 'Muara Ogan'-pertemuan dengan Sungai Musi). Di sini 'gethek' dijual kepada para pengumpul atau langsung kepada konsumen. Biasanya bambu-bambu ini digunakan sebagai bahan pendukung/penopang /tangga saat pembangunan gedung-gedung tinggi.

Catatan: Sungai Ogan melintasi empat wilayah kabupaten/kota, yakni Muara Enim, OKU, OI, dan Kota Palembang. Panjang?

Friday 12 November 2010

Engkau Tahu Aku Saksikan!



















foto model ilustrasi ini anak berusia 3.5 tahun bernama dimas (berdarah ogan-bali), anak tetangga dan telah disetujui oleh orangtuanya.
http://sastrombudeg.blogspot.com

Wednesday 15 September 2010

Jadi Guru di Pedalaman Papua

http://sastrombudeg.blogspot.com
ilustrasi: foto Gunung Bromo, Kasada 18 Desember 1986, penulis kanan paling belakang. (Tim Pasmanega I)






Semasa SMP dan SMA, bersama seorang kawan (Burhanudin) saya gemar jalan-jalan keliling daerah dengan menumpang kendaran tanpa bayar (truk, kereta barang) dan jalan kaki. Pada SMP kelas III liburan semester lima (Desember 1984), bersama kawan tersebut berangkatlah kami dari Ambarawa ke Jakarta. Kami telah sampai di puncak Monas, Taman Mini Indonesia Indah, dll.  Betapa bangga kami saat itu. Kenapa? karena kami hanya dengan sekadar membawa ongkos beli nasi putih di jalan (lauk abon sapi bawa dari rumah) bisa menempuh perjalanan sejauh itu di seusia itu. Perjalanan itu kami abadikan dengan foto-foto bersama dan saya buat catatan-catatan perjalanan dalam buku lusuh, lengkap dengan isian jam dan tanggal.

Pada tahun 1986 (SMA) kami kembali melakukan perjalanan ke Pulau Dewata. Kami sempat mengunjungi Danau Batur (Trunyan), Istana Tampak Siring, Goa Gajah, Ubud, Sanur, Kuta, dan Museum Bali.

Dari situ, karena begitu kagum dan bangga sebagai anak Indonesia, saya pernah bercita-cita melanjutkan perjalanan sampai tanah Papua (Irian Jaya saat itu). Entah tanpa bermaksud apa-apa, saya dari jauh merasa dekat dengan tanah tersebut. Saya merasa cinta dengan Bumi Cenderawasih. Begitu ingin saya masuk ke pedalaman paling terpencil sekalipun. Saya hanya ingin saling berbagi ilmu dengan saudara-saudara saya di sana. Saya ingin menjadi guru di sana ....

Walau kenyataan berkata lain. Akhirnya perjalanan hidup saya terdampar di tanah subur di tepian alur Sungai Ogan (Peninjauan-Baturaja-OKU-Sumatera Selatan). Di tanah ini pun saya jatuh cinta dengan alam dan budayanya. Saya hanya ingin selain hidup di tanah tepian Ogan ini, juga ingin berguna bagi tanah yang telah turut menghidupi saya beserta anak-istri.

Akhirnya dalam uraian singkat ini, saya menjadi semakin sadar bahwa saya cinta negeri indah ini, saya cinta nasionalisme Indonesia dengan sepenuh hati. Sakit di Aceh, Papua, adalah sakit saya.

Saya manusia yang terlahir dalam suku Jawa, tapi koleksi lagu-lagu dalam komputer saya adalah lagu-lagu Batak, Minang, Papua, Sunda, dan Sumatera Selatan. Meskipun banyak yang saya tak tahu artinya, tapi itu seakan mampu menghayatinya dan serasa terbang ke di mana lagu itu berasal.

Ketulusan bernasionalisme dalam Indonesia Raya-ku tak ada hubungan dengan kepentingan ekonomi. Aku bangga punya Saudara Papua, Saudara Aceh, Saudara Ogan, Saudara Komering, Minang, Batak, Dayak (saya pernah tinggal bersama kawan Dayak, Bugis, Lombok, dan Banjar di Kampung Baru - Tepian Sungai Kelian Tambang Emas PT KEM Kutai Kalimantan Timur-1988). Juga sudah barang tentu suku-suku lainnya.

Tuesday 17 August 2010

Ganyang Malaysia!


















http://sastrombudeg.blogspot.com

Pindahkan Ibukota Negara RI ke Kalimantan atau Sulawesi dan Setelah SBY, Jadikan Orang Non Jawa Bali Sebagai Presiden

http://sastrombudeg.blogspot.com

Pindahkan ibukota negara RI ke pulau Kalimantan atau Sulawesi dan setelah SBY, jadikan orang dari non Jawa-Bali sebagai presiden. Perpaduan sebagai simbolisasi lagu "Dari Sabang Sampai Merauke", relakan dan naikkanlah orang dari Aceh dan Papua.

Wednesday 14 July 2010

Animo Menjadi Anggota Militer atau Sipil, ke Mana Kecenderungan?

http://sastrombudeg.blogspot.com
sebenarnya ini bukan masalah besar atau kecil. sedikit atau banyak. berdasarkan pengamatan nonilmiah penulis, saat ini ada kecenderungan (dari yang berminat) putra-putri pertiwi lebih memilih menjadi anggota sipil bersenjata, atau sipil murni tanpa pistol tapi bermasa depan ekonomi yang cerah ketimbang bergelut di militer. setelah tidak diterima di sipil 'bergengsi' tersebut, baru melirik ke militer (bila kondisi fisik, mental, dan intelegensia memungkinkan).

saya tidak tahu ada apa di balik kecenderungan tersebut. banyak pikiran 'kira-kira' tapi sangat tidak etis saya sampaikan di sini.

tulisan ini saya naikkan oleh sebab pertanyaan-pertanyaan yang berputaran di kepala saya:
1. kondisi yang demikian, apabila tidak dicari solusi terbaik oleh militer, mungkinkah kita akan kehilangan putra-putri generasi terbaik di bidang militer?
2. dengan daya rangsang yang turun pada bidang kemiliteran,  patutkah ini juga dianggap sebagai    sebuah sinyal kemerosotan nilai-nilai cinta tanah air dan idealisme kebangsaan absolut tanpa bumbu-bumbu kepentingan ekonomi pribadi?

wallahualam.