ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Saturday 3 April 2010

Aku di Pinggir "Zaman" Siapa (perca puisi pendek)

aku di pinggir "zaman" siapa
aku semakin 'pah-poh' saja
ini zamanmu
ini zamanmu

biar aku di pinggir saja
setia pada garis waktu
menontonmu....
menontonmu....
sekali waktu menepuktanganimu
menertawabahakimu
menangisimu

aku iri
jujur kuakui
aku iri
peninjauan, 20 pebruari 2010



embun detik – detik telah berlalu
sehati mencari cinta
yang terbuang
kala lajang menentang

sumpahku menggenang
antara darahku dan nafas
sehati kita
tak ada sejati
gelombang bukti adakah sumpah yang menutup mata
jangan sisakan hatimu pada orasi yang menggiring senja jatuh di cakrawala
buanglah sampah sampah itu
agar perjanjian ini tak dikotori oleh darah mati

menderu apapun
aktifkan saja apa yang akan diaktifkan oleh pertarungan dari
apakah kita lalu menghendaki semua ini seperti limpahan rezeki yang tak tertandingi oleh apapun juga
sehingga nalar tak berpedoman pada akhir hidup yang tak nyaman.
mari kita menikmati saja rasa yang membangkang di lubuk hati terdalam
hanya itulah yang bakal lahir
keindahan yang menjulur pada sekujur peradaban manusia

wahai sang pengembara, jejakmu tertinggal di padang
semoga seluruh titahmu terakomodasi dengan baik
peninjauan,2008-2009
Idheoth
( generasi gagal panen? )

idheoth namaku !
terlahir ketika kemapanan tengah dipetakan
aku lahir ketika revolusi belum lama diakhiri
orde baru merintis jalannya

aku tak tahu,
dalam darahku terkandung apa
aku mudah menggelegak
tapi juga mudah ciut bak pengecut

lalu
apa yang menggerakkan seluruh syarafku
aku tak juga tahu

utopia seperti menggelinding begitu saja
realita seringkali berbenturan dengannya
pembelajaran tak pernah selesai
pembentukan demikian juga

kemudian
apa songsongan yang hendak dimatikan
tak aku tahu

akulah idheoth itu
yang melanglang menindas kemerdekaan diri
yang menjelang tak pernah terjelang
yang melenggang tanpa irama gendang

idheoth namaku
tempat keberhasilan selalu terkurungkan
14 oktober 2007 riyaya kaping kalih



pada sebuah pesta
yang dialiri susu madu dusta
rakyatku berbondong melahap:
angin yang berhembuskan

seketika aku melaknatku sendiri
adakah seuntai ramalan menguntai dendam 
4/12/2009



kamis kliwon, 02 april 2009
6 bakdomulud 1942
6 rabiulakhir 1430 h

pagi itu, gugur sudah kewajibanmu menghirup debu dunia
selamat jalan, bapak! 
4/14/2009



ini sayat rindu
yang mengotori waktu
perjumpaan keadilan
dimitosi keniscayaan
sebarluaskan sayang
jelmakan menjadi …………………….
11/15/2009 22:53:45




ini dindingmu!
biar aku di luar!

berapa tegihan kau temu?

ini dindingmu
aku di luaran 
11/18/2009 12:51:35 am




onggokilah aku dengan sampahmu!
tenggorokanku masih lapang menerima waktu?
11/18/2009 12:52:46 am





pada setangkai kata
yang meruyak menjadi deretan drama
dan rumputan noktah
abjad tak berurutan
tumbuh merayapi syaraf pertumbuhan jiwa

aku bertubi
…………………. 
peninjauan, 09 nopember 2009 21:38:36


darahku tersisipi limbah rindu
entah di mana kutemu
entah ke mana arah alirmu
12/14/2009 12:14:35 am

rinduku berjulang
12/14/2009 9:55 pm

ada selongsong rindu
jatuh di pinggir jalan
adakah yang terbidik korban malam ini
ataukah hanya keisengan menepis kelam?
15 december 2009 3:48:27 pm

lautan naskahku
hilang ditelan rezim ekonomi
dan aku menganyamnya jadi sebentang mimpi
di arus keuzuran
adakah waktu
terganti
15 december 200919:55:21

kau yang menyamun
aku yang disamun
aku yang berutang
mangapa kau harus bayar
ini renik
tak pernah berbentuk manik
sejumput remah ampas kopi semalam
dan pagi mencuci gelas kotor
12/19/2009 11:57:00 pm

batu-batu nisan para pujangga
tak bicara apa-apa
karena roh sastra
menggelandang di ladang-ladang gersang
buku-buku tebu rapat tak berjeda
kerdil jagung-jagung muda

batu-batu nisan para pujangga
tak berbatu warna
sebab setiap detak waktu
adalah warna

batu-batu nisan para pujangga
tak!
12/20/2009 12:14:31 am

aku tak melihat guguran lava
berpijaran di sekeliling jiwa
angin seperti bergagang waktu
menabokiku
sepanjang waktu

badai kehadiran
itu
kutunggu
12/25/2009 3:18:50 am

sering
rencana berjalanan
12/25/2009 3:24:38 am

pada secarik keheningan
yang tercabik dari seplano kehirukpikukan
aku mengantarmu
batas pagar semampu-mampu kutembus
kabut yang berjalan beriringan
lalu berpisahan
bulu-bulu angsa yang gagal diterbangkan
berhinggapan di daunan asing
aku menyatir puisimu
menyanyikannya seperti keparauan menyayat ladang kelam kemarau panjang
tapi kedinginan musim penghujan
menyerupaimu
menyerupaimu
12/26/2009 1:34:36 am

mobilmu seperti hukum mengetuk kepala prita
sama dengan kepala rakyatmu
12/30/2009 12:32:32 am

bermandikan magma
menyeluruh
mendalam
menjiwa
menyetubuh

apimu
terkatung menyelundup
1/1/2010 4:25:55 am

aku ingin segelas kopi
dengan sepucuk sendok teh gula tebu
sebelum sinyal waktuku
1/1/2010 4:28:49 am

biusmu menyerupa
pada wajahku terstempel dogma
bilas raut banditku
adakah terekam dalam ranamu
1/1/2010 4:33:34 am

aku tak tahu
kenapa serasa harus bersiap
ditunggu waktu yang kuucap dulu?

keberanianku kuncup
anak-anak manis
menggelayut
1/1/2010 4:35:30 am

sisa mabukku menempel di seliwir
rambut di janggutku
masihkan harus bercanda tentang mati
dalam raung kepayang kelelahan
1/1/2010 4:38:47 am

ya, ini hanya gundukan dzat bernama waktu
aku mengais, menggali, melorongi, mengintimi, dan apa lagi!
inti kedalaman
di mana aku menjejak?

tapi waktu juga
menentukan lenyapnya
kesiaan itu
ujung pisau pencarianku
ujung pisau pencarianku
ujung kesiaanku!
1/3/2010 2:12:19 am

wahai ombak sang pelabuh
penyingkir karang
rumput-rumput laut
1/13/2010 1:58:07 am

jadikanlah anak-anakku
sebagai seorang polisi yang tidak berdoa dan merindukan agar ada yang melanggar hukum sehingga ada tindakan
sebagai dokter yang tidak berdoa agar selalu saja ada yang sakit sehingga ada pengobatan
sebagai guru yang tidak berdoa agar selalu ada anak-anak bodoh sehingga pendidikan tetap berjalan
sebagai ……………………..
1/13/2010 2:10:27 am

ambarawa
rel mati
ke tuntang
benteng willem i
tepi rawa pening

ambarawa
halte
penanti bus-bus tua berkepala
gelas-gelas teh yang dionggok di atas kios rokok
dihampiri dan diteguki calo dan kondektur
bangku tempat kita saling tunggu
di mana kini …

ambarawa
tak ada reuni
semua sibuk sendiri
anak-anak rangga tirta
sudah dua yang mati
gedung pemuda,
teriakan salah ucapku
masihkah mengganggu tidur kalian …

ambarawa
di terminal bus antarkota nasi rawon kemanisan
tak hangat lagi untuk dinikmati
dan panjang kidul,
pohon-pohon sawo di perempatan jalan
rumah tua, jendela-pintu kaca
buram oleh embun senja bulan desember
anakmu sudah berapa …

ambarawa
lonceng gereja jago berdentang di subuh buta
seperti supit udang harus mulai digenderangi
dan gerilyawan merayap di tebing-bukit jalan
dan tank nica bergerantangan di terang fajar tiba …

ambarawa
rinduku mati …
1/25/2010 12:43:58 am

Sunday 28 March 2010

Di Benakku, yang belum Ku-urai Jadi Artikel

http://sastrombudeg.blogspot.com
1. aku malu ikut-ikutan ngrumpi soal korupsi
2. adakah 'mafia' dalam pendidikan kita?
3. pengkaderan calon pemimpin bangsa melalui akademi/sekolah tinggi kedinasan, sudah bebaskah dari 'titipan' dan memenuhi rasa keadilan bagi anak-anak miskin tapi cerdas?
4. di mana si 'cerdas' anak orang miskin berposisi dan berprofesi?
5. fenomena: animo untuk menjadi pegawai pemerintah, antara di pulau jawa dan luar jawa
6. antara ujian nasional dan rahasia negara bertaut dengan penegakan hukum
7. islam sebagai bagian nkri
8. dakwah islam ala walisanga: masihkah relevan kini?
9. mutu untuk publik: tolak label 'kwalitet ekspor'
10. islam di barat dan islam di indonesia: keterbukaan dalam toleransi
11. anak pak menteri tidak lulus ujian nasional
12. warung ndelik
11. menanti pengganti mesin cetak offset dengan digital yang memenuhi seluruh mutu dan biaya
produksinya (kebingungan investasi)
12.
"lupa dirikah" saudara-saudara kita sebagian etnis tionghoa? mengapa harus berdiri 'perkumpulan'
pengusaha tionghoa baru-baru ini? semenjak reformasi, kaum tionghoa ingin dianggap sebagai suku bangsa di republik ini dan selalu mengedepankan isu minoritas dan seolah-olah 'manja'. Menurut saya, kalau sebagai suku, tionghoa adalah bukan minoritas, sebab suku ogan di tempat tinggal saya lebih sedikit jumlahnya dibanding etnis tionghoa. tapi kalau atas nama 'bangsa tionghoa' jelas pas sebagai minoritas. pilih salah satu, jangan sampai menggunakan 'hukum suku' tapi ber'perilaku' sebagai bangsa tionghoa di indonesia.(tulisan ini membuka jalan untuk diperdebatkan agar tidak 'mengulang kesalahan-kesalahan' masa lalu). junjunglah langit indonesia. saya khawatir, sementara para pribumi masih sibuk dengan pembenahan pendidikan yang 'awut-awutan' dan berfikir lokal, sementara orang kaya (terutama etnis tionghoa kaya) menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri, dan pada akhirnya tidak ada dalam benak mereka nasionalisme indonesia. yang ada hanyalah internasionalis yang melulu membangun jaringan bisnis internasional dan menerkam indonesia sebagai pasar yang besar.(tulisan ini belum tuntas, dan kelak ingin saya lanjutkan, agar semakin jelas pandangan saya tentang topik ini, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman).
13. aku pengusaha distributor produk cina
14. pemimpin daerah dan isu perdagangan bebas, apa visi dan misi mereka?
15. feodalisme: mati di tanah jawa, justru subur di luar pulau jawa?

Tuesday 23 March 2010

Mbah Tombel Masih Puasa Mbudeg

http://sastrombudeg.blogspot.com

 Ilustrasi: Foto potongan pentas Teater "Tanya" SP 5 dalam drama komedi karikatural berjudul "Juragan Repto Semprul" pada September 1997 di Rumah Dinas Bupati Ogan Komering Ulu (pemeran: T. Yuliantoro)

















mbah tombel, wajahnya tersungkur di rumpun ilalang kecoklatan. beku di antara slogan yang bergelombangan. jargon-jargon telah semesta dipetakan

matanya, mata boneka mainanku semasa kecil. ekspresi yang tak pernah terganggu apa pun.
apa pun

tak ada sengat lebah menggelinjangkannya. tak ada gigit semut dalam gendang telinganya

ia belum mati
ia belum mati
lebih baik begitu
lebih baik begitu!
apa pedulimu!
(peninjauan, dinihari, 17 pebruari 2010)


diamnya,
kelok sungai landai air mengalir
kepasrahan menuju muara terbawah
penyu, lokan, dan nener
menyambut kebekuan seperti biasa

diamnya,
menampik suara-suara muka bumi
yang telah jauh menggaung di dinding dalam telinganya

adakah dapat kau tawarkan hening walau secawan?
agar diamnya tak lagi hanya karena menunggu padam!
(peninjauan, dinihari, 18 pebruari 2010)

Revolusi Pendidikan?

Sastro tergelak-gelak! Dinding anyaman bambu gubugnya ikut kegelian diantuk-antuk jarum-jarum rambut 'njegrag'nya. Songkok idola yang sudah 'mbluthuk' yang di'topi'kan pada engsel lututnya turut terjungkal masuk ke kolong meja reot menyentuh lantai tanah dan ups! Berhasil! Mencium ... tahi kucing sebesar biji melinjo gosong! (Sungguh kucing gegabah yang tidak pantas ditiru! Habis buang hajat tidak diurug kembali...!) Cangkir ompreng seng (konon diimpor dari Tiongkok) dengan sedikit air kopi tersisa, yang dijamin kwalitetnya, sembilan puluh tujuh persen berkadar ... jagung tumbuk, mencelat tersepak jempol kakinya dan jatuh di ... tempat kosong! (tak usah berharap terjadi gol kali ini atau lain kali!).

(belum selesai ....-inspirasi mandek-sret)