ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Sunday 28 March 2010

Di Benakku, yang belum Ku-urai Jadi Artikel

http://sastrombudeg.blogspot.com
1. aku malu ikut-ikutan ngrumpi soal korupsi
2. adakah 'mafia' dalam pendidikan kita?
3. pengkaderan calon pemimpin bangsa melalui akademi/sekolah tinggi kedinasan, sudah bebaskah dari 'titipan' dan memenuhi rasa keadilan bagi anak-anak miskin tapi cerdas?
4. di mana si 'cerdas' anak orang miskin berposisi dan berprofesi?
5. fenomena: animo untuk menjadi pegawai pemerintah, antara di pulau jawa dan luar jawa
6. antara ujian nasional dan rahasia negara bertaut dengan penegakan hukum
7. islam sebagai bagian nkri
8. dakwah islam ala walisanga: masihkah relevan kini?
9. mutu untuk publik: tolak label 'kwalitet ekspor'
10. islam di barat dan islam di indonesia: keterbukaan dalam toleransi
11. anak pak menteri tidak lulus ujian nasional
12. warung ndelik
11. menanti pengganti mesin cetak offset dengan digital yang memenuhi seluruh mutu dan biaya
produksinya (kebingungan investasi)
12.
"lupa dirikah" saudara-saudara kita sebagian etnis tionghoa? mengapa harus berdiri 'perkumpulan'
pengusaha tionghoa baru-baru ini? semenjak reformasi, kaum tionghoa ingin dianggap sebagai suku bangsa di republik ini dan selalu mengedepankan isu minoritas dan seolah-olah 'manja'. Menurut saya, kalau sebagai suku, tionghoa adalah bukan minoritas, sebab suku ogan di tempat tinggal saya lebih sedikit jumlahnya dibanding etnis tionghoa. tapi kalau atas nama 'bangsa tionghoa' jelas pas sebagai minoritas. pilih salah satu, jangan sampai menggunakan 'hukum suku' tapi ber'perilaku' sebagai bangsa tionghoa di indonesia.(tulisan ini membuka jalan untuk diperdebatkan agar tidak 'mengulang kesalahan-kesalahan' masa lalu). junjunglah langit indonesia. saya khawatir, sementara para pribumi masih sibuk dengan pembenahan pendidikan yang 'awut-awutan' dan berfikir lokal, sementara orang kaya (terutama etnis tionghoa kaya) menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri, dan pada akhirnya tidak ada dalam benak mereka nasionalisme indonesia. yang ada hanyalah internasionalis yang melulu membangun jaringan bisnis internasional dan menerkam indonesia sebagai pasar yang besar.(tulisan ini belum tuntas, dan kelak ingin saya lanjutkan, agar semakin jelas pandangan saya tentang topik ini, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman).
13. aku pengusaha distributor produk cina
14. pemimpin daerah dan isu perdagangan bebas, apa visi dan misi mereka?
15. feodalisme: mati di tanah jawa, justru subur di luar pulau jawa?

1 comment:

  1. artikel2 itu coba dimuat d situs2 kompas atau surat kabar bisa tho pak.. cb daftar di situs kompas.com atau detik.com
    adit punya lagu2 leo kristi (salam dari desa, dll)

    ReplyDelete