ini adalah area sempit, ruang tanpa gelar akademik, gelar keagamaan, gelar kepangkatan, gelar kehartaan, gelar kebudayaan, gelar-gelar yang mempersempit ruang nurani digelar

23/02/2014

23/02/2014

baca dulu

baca dulu

Wednesday, 22 December 2010

Konserto Persinggahan I-II

(tentang peron kecil sebuah stasiun kecil-versi satu)

sinyal-sinyal telah diaktifkan
kereta itu datang
terlambat seperti sediakala

peron kecil sebuah stasiun kecil
gerimis desember seperti tahun lalu
malam lengang terasa ada yang dimabukkan

persinggahan kecil di sebuah stasiun kecil
seorang perempuan muda,
dalam-dalam terakhir menghisap sigaret putihnya
diam-diam lalu menginjaknya

tak ada sapa kepada siapa
di pintu gerbong, begitu saja ia hilang terkatup
selamat jalan!

ruang-ruang kembali kosong di seberang jauh
malam mengeras
kesunyian menyelidik
di peron kecil sebuah stasiun kecil
sebuah buku gibran tergolek di bangku panjang

angin mengencang
bola lampu 18 watt meremang dikerubut laron-laron
sayap-sayap yang bergeletakan di lantai granit kusam
adalah kurung buka bagi keasingan sebuah sajak
seorang tua penjaga malam stasiun kecil
terkantuk-kantuk dengan peluit di bibirnya
ia tak berharap kereta itu datang kembali
buku ‘cinta yang agung’ gibran,
erat terdekap

















(tentang peron kecil sebuah stasiun kecil-versi dua)

tenang-tenang,
aku akan naik kembali
begitu peluit sang penjaga stasiun kecil dilengkingkan
ruang tunggu peron kecil sebuah stasiun kecil
kuharap tak ada yang tertinggal di sini
selain jejak, yang di kemudian hari juga pasti disapu kembali
atau tertutup debu-debu setelahnya

baik-baik,
aku akan kembali duduk di bangku penumpang
di gerbong tua karatan, berbercak-bercak sisa muntahan
tak juga akan kutoleh peron kecil itu sekali lagi
dari jendela kaca pecah seribu bekas lemparan batu gelandangan
sekalipun sunyinya utuh bisu menyeringai

baik-baik,
aku akan pergi dari sini
kutitip buku gibran dengan sampul terkoyak
boleh saja teronggok bisu di bangku itu untuk selamanya
tak perlu ada yang merasa memilikinya
siapa saja boleh baca
menyibak satu-dua, lalu tinggalkan sekenanya

keabadian yang kujelang
adalah kematian penutup perjalanan



http://sastrombudeg.blogspot.com

Saturday, 18 December 2010

Anakku Mencatut Profilku!

Mendengar kakaknya yang bersekolah di luar daerah melapor ingin mengikuti les gitar klasik, adiknya (perempuan) pun ikut ribut ingin dibelikan gitar. Kami minta waktu satu bulan untuk mengabulkan permintaannya. Kas keluarga sedang kosong. Tapi dia tetap berkeras ingin dibelikan secepatnya.


Di siang, hari kedua setelah ribut, ketika ibunya masih di kota untuk belanja kebutuhan kios ATK-nya, kepadaku, anak perempuanku meminjam HP yang tergeletak di meja komputer dan membawanya pergi. Aku melanjutkan mengetik. Kami hanya punya dua HP murahan. Satu dibawa istri, dan satunya untuk di rumah. Anakku memang tidak kami beri dengan alasan sekuriti.


Sore, saat ibunya tiba di rumah dan barang belum diturunkan dari mobil, anakku sudah ‘sumringah’ menyambut kedatangannya. Sambil masuk rumah, istriku nerocos kepadaku, “Uang ludes…des untuk belanja barang, gitar pesananmu belum aku belikan!”
“Siapa yang pesan gitar? Aku nggak pesan kok!”Jawabku bingung.
“Tadi siapa yang SMS?” Istriku melanjutkan.
Aku menoleh kepada anak perempuanku. Ia merengut.
“Apa bunyi pesan SMS itu?” Tanyaku penasaran.
Ujar istriku kemudian, “Beli gitar, Luh!”


Aku tertawa. Anak perempuanku menangis. Dialah yang mengirim SMS itu dan langsung menghapusnya. Ia telah menyebut ibunya dengan kata ‘Luh’, nama kecil biasa aku memanggil istriku. Ia telah mencatut profilku!
http://sastrombudeg.blogspot.com

Wednesday, 15 December 2010

Saklar Dinding

http://sastrombudeg.blogspot.com

hanya bisa bangga sebagai pemakai, klak-klik...! mbenerinya nggak tahu, apalagi membuatnya. semoga ini hanya saya, bukan orang selain saya....

Monday, 13 December 2010

Ufuk Barat Rembang Petang di Peninjauan

http://sastrombudeg.blogspot.com
















hasil 'klik' annisa gustiasti arumsadu (13 desember 2010) diedit seperlunya

Inspirasi dari Batang Kelapa untuk Indonesia

http://sastrombudeg.blogspot.com

kita hanya terbiasa melihat, mengagumi, dan menghargai sesuatu hanya karena kebesarannya, karena ketinggiannya, karena keindahannya, dan karena kegagahannya.

kita sering lupa menengok ke bawah, ke belakang, dan apa yang tersembunyi di balik itu semua ....

tak terlihat dan tak terasakah bahwa ada jutaan bahkan miliaran akar-akar halus yang dengan tulus memberikan pengorbanan, bahu-membahu menyuplai nutrisi untuk menyangga kegagahan itu.

pun ketika si gagah itu tumbang, para akar turut tercerabut dan mati, setia untuk si gagah yang tak gagah lagi itu. yang tertinggal di dalam tanah demikian pula adanya. layu dan kering, busuk menjadi tanah kembali.
tidakkah anda menangis ketika menyadarinya?

mungkin karena negeri ini bernama indonesia ....


Aubade Bunga Gugur

http://sastrombudeg.blogspot.com

Terseru Janji

http://sastrombudeg.blogspot.com

Perjamuan Kelam

http://sastrombudeg.blogspot.com

Diam Seorang Penyair

http://sastrombudeg.blogspot.com