aku tahu, mungkin ini bukan puisi
tapi maki!
adakah bahasa yang lebih halus dari ini tapi bisa sadarkan mereka?
bui saja nggak sanggup,
apalagi sebatas puisi atau maki,
astagfirullah!
mungkin ini hanya terjadi
di sebuah negeri bernama indonesia!
-----------------------------------------------------------------------
anakku kecewa,
reformasi birokrasi yang dilantang-lantang menteri
di spanduk berkibaran depan kantor institusi
ternyata hanya slogan embun pagi
ternyata sorban penutup daki!
anakku mahasiswa kedinasan itu kecewa,
ketika pola pembentukan karakter calon perwira hanya mengacu
pada daulat tuan, bukan indonesia raya!
pelajaran moral di kelas berstandar ganda:
pancasila sebagai ideology dijunjung tinggi,
tapi pelanggaran terhadapnya tersirat tetap harus dimaklumi!
o….
malangnya anakku!
malangnya indonesiaku!
tetaplah dengar kata bapakmu, wahai anakku!
sekarang begitu banyak manusia memborong gelar menempel di mana-mana
bertrilyun rupiah uang indonesia membiayai beasiswa mereka ke luar negeri
tetapi indonesia tidak mendapat apa-apa....
gelar-gelar itu hanya menjadi penyambar dan pembayar jabatan apapun juga jabatannya.
gelar-gelar itu ternyata hanya membebani anggaran indonesia
para dosen tak lagi menyelamatkan indonesia masa depan
tapi tetap setia pada penyelamatan pekerjaan mereka sendiri
kemunafikan itu dibaca mahasiswa!
dan karena biaya hidup tinggi dalam perkuliahan itu
dua juta sebulan biayamu kurogoh saku dari meja sablon!
mahasiswa lalu ikut-ikutan bergaya birokrat sejati!
semoga kau dan kawan-kawanmu mengerti,!
engkau dididik untuk menjadi pelayan!
semata-mata untuk menjadi pelayan! mengapa harus bangga diri dengan status kepelayanan yang belum dijalani!
sampaikan salam tamtama sudra bapakmu ini kepada mereka!
kesombongan strata 1,…, …2, ….3,…!
memberangkus nurani keindonesiaan para muda!
keangkuhan strata 1, 2, 3 …!
menzolimi idealisme para muda!
mereka lupa, sang doctor honoris causa affandi pernah dihina keluarga basuki abdullah karena otodidaknya!
juga lupa kehebatan filosofi sudirman si guru sekolah rendah itu, bukan hasil didikan knil ningrat belanda!
anakku kecewa atas pembentukan jiwa mendasar keindonesiaan di kampusnya,
tapi anakku, bila kau harus keluar dari almamatermu sekarang,
dan pindah ke sekolah lain yang kamu harap merdeka itu,
sanggupkah dengan status kemahasiswaanmu yang baru itu
lalu engkau dapat mengubah indonesia sesuai keinginanmu (kita)?
percayalah, dekadensi ini telah merasuk di semua lini!
kita saat ini manusia kecil (saya percaya kamu tidak kerdil)
bahwa kegelisahan terhadap keindonesiaan yang seperti ini tidaklah baru kemarin sore,
iwan fals, rendra, rhoma irama, budiman sujatmiko, sudah lebih dari dua puluh lima tahun merasakannya.
ini bukan indonesia di kepala soekarno
ini bukan indonesia di kepala hatta
ini bukan indonesia di kepala soedirman
ini bukan indonesia di kepala surya paloh
ini bukan indonesia di kepala sri sultan hb ix, x
ini bukan indonesia di kepala para tetua adat budaya nusantara
ini bukan indonesia di kepala para perintis nasionalisme indonesia
yang datang dari ribuan pulau di kepulauan nusantara
pasti,
pasti,
sebentar lagi ada yang bergerak,
sebentar lagi ada yang bergerak,
pasti!
kegelisahan bapak saat aksi 98
yang harus bernyanyi padamu negeri di ladang-ladang kering tanah podsolik
di daerah transmigrasi itu
semoga tak terjadi padamu!
pesan bapak:
berangkatlah!
estafet iwan fals, rendra dan lainnya, sekarang,
sekarang bapak letakkan di pundakmu!
jangan takut!
bapak bangga bila kamu harus mati karena kebenaran itu!
bapak di sampingmu!
kitakah martir itu. kitakah martir itu!
jangan takut siksa,
jangan takut culik,
salam perwira dari tamtama sudra!
aku tahu engkau menangisi indonesia kita (bukan indonesia mereka)
indonesia kita adalah indonesia yang merasa dibebani tangis para buruh tani dan pekerja pabrik,
orang-orang beragama yang ingin beragama secara baik-baik pula
para pintar yang ingin jadi pns tapi tak punya uang 150 juta (yang lalu dikeliti karena tak ada bukti)
para cerdas dan sehat yang ingin jadi tentara tapi tak punya uang 400-500 juta! (yang lagi-lagi juga lalu dikeliti karena tak ada bukti)
kita hidup di negeri revolusi
yang bangga dengan revolusi
tapi tertimbun oleh berkarung-karung kotoran
rezim hasil revolusi
jutaan cinta indonesia mereka (bukan indonesia kita),
aku menghitungnya,
seperti merinci najis di mata dan hatiku sendiri!
http://sastrombudeg.blogspot.com