memang pernah datang menyelinap,
di antara senja dan rembulan berjerawat.
aku angkat tangan sambil tergagap,
kuakui dasyatnya, meski kini berangsur senyap,
aku tahu sekantung oksigenku tersimpan di sana
aku tahu sekantung oksigenku tersimpan di sana
tak ingin aku melupa, mengebiri yang pernah ada
hati bernajisku gagal bicara, diam-diamlah di sajadah tua
menepismu! lukai buah-buah jambu air di beranda rumah
ingin kupinang dikau jadi inspirasiku
aku tak ingin menjadi penjaja
di lorong-lorong beton dan baja
wahai segayung waktu tertumpah
terkabar apa lagi di pagi buta
aku ingin susuran sehalusnya
tak ada sentakan detak arlojiku
aku hanya ingin memberi yang bisa kuberi
tak berpikir untuk menerima apa pun bentuknya
seperti sastra terakhirku
dzikirku menjadi noktah antara subuhmu,
mengerat sisa pertumpahan waktu
semoga lagi-lagi tak enggan kau eja!