tengah malam menujum menjarum
dan pusaran cahaya itu menembus batin nadirku
di dapurku, dengan lampu teplok senyala 2 watt
kuseduh kopi jagung dan gula tebu
di ruang tamu, tempat mengadu kegelisahan dan mimpi
bangku panjang kayu tanpa serutan itu berkencet
kulinting tembakau berbubuh serbuk tangkai cengkeh
asap itu mengepul, kopi kuseruput
aku tenggelam ….
simfoni kelima dan kesembilan beethoven,
aneh, mengalun di radio transistor “cawang”ku
mengalir di dinding papan bolong kamar gubug rentaku
di kepalaku, serasa ada landscape bergaung dari gedung orkestra itu
para seniman takluk dalam ayun lidi konduktornya
aku melihat, aku melihatnya!
angsa-angsa berenang menggigil di kolam halaman belakang kastil
di antara tulip, gadis berambut ekor kuda berlari mengejar kupu-kupu
mengayun jaring dan menangkap angin musim semi
dengan sigaret tingwe dan secangkir plastik kopi jagung itu
kesombongan selera seperti merasuk, membuta
rembulan terendam di ketuk terakhir prelude to act i of die
apa perduliku!
http://sastrombudeg.blogspot.com