Saya hanya menulis pesan ini
untuk kaum pribumi. Yang bukan pribumi tidak usah ikut campur!
http://sastrombudeg.blogspot.com
Hanya untuk para pribumi anak –
cucu yang kakek, nenek, ayah, dan ibu mereka turut berjuang nyata (tanpa
rekayasa) menghadapi kolonial, berhati-hatilah kita terhadap propaganda
terselubung dari para kaum oportunis. Janganlah kita terbawa arus untuk
ber-save si a…save si u (save untuk orang per orang, bukan institusi). saya
mencurigai di belakang si a atau si u ada banyak kepentingan memanfaatkan momen
hiruk-pikuk akhir-akhir ini, memunculkan tokoh-tokoh heroik yang ujung-ujungnya
meminta pengakuan lebih yang sesungguhnya merugikan kita turun-temurun dan sangat
bertentangan dengan cita-cita bangsa yang telah ditebus dengan cucuran keringat dan darah para pahlawan
pendahulu kita.
Mereka membabi buta mendoktrinasi
kebenaran ala mereka melalui segala cara (termasuk media sosial). Kita tidak
boleh bingung dan terombang-ambing.
Kita harus berani berkata bahwa
kita adalah pribumi asli (tanpa bermaksud rasis). Adalah hak kita untuk
berteriak bahwa kita adalah pribumi asli yang sah dan berhak atas warisan
kemerdekaan yang diperjuangkan leluhur kita. Tidak ada yang berhak menghalangi
itu. Sebab, penghalangan dan penolakan terhadap pernyataan kepribumian kita
adalah merupakan tindakan pengingkaran terhadap Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia1945 yang asli dan buah pikiran cemerlang founding fathers negeri ini.
Korupsi adalah musuh kita bersama
dan benar harus kita habisi bersama pula. Tapi penyelesaiannya, tidak boleh
melanggar undang-undang pula, terlebih memakai kata-kata sarkas yang seringkali
juga digunakan oleh para kaum oportunis terhadap para jongosnya. Kata-kata
sarkas yang dilontarkan oleh seorang pemimpin, tentulah tindakan tidak cerdas
yang sangat merendahkan harkat-martabat orang lain, tidak negarawan, tidak
memiliki sopan santun, tidak berbudaya, serta tidak ditolerir oleh agama apa
pun.
Untuk para pribumi yang saat ini
memegang tampuk kekuasaan saya berharap segera bertobat dan sadar. Bahwa tindakan-tindakan
koruptif yang kalian lakukan, ternyata ada yang lebih berbahaya dari sekedar
merugikan keuangan negara. Lebih dari itu, akibat kasus-kasus koruptif kalian,
agaknya, akan dapat berkembang dan dijadikan pintu masuk oleh kaum oportunis untuk
meraih dominasi mereka atas eksistensi ekonomi, sosial, serta politik ketatanegaraan
kita.
Amandemen UUD 1945 Pasal 6 ayat
1, telah memberi ruang pembenaran atas propaganda para kaum oportunis ini. Seluruh
lini kehidupan di NKRI ini lambat laun akan mereka kuasai. Kita akan
terpinggirkan karenanya.
Selama berabad-abad di tanah air
kita, mereka tidak pernah mengintrospeksi diri mereka sendiri atas tindak-tanduknya dalam bersosial
(berinteraksi), berpolitik, dan berekonomi di negeri ini. Selalu saja kita yang
dianggap pemalas dan bodoh. Mereka tidak memurnikan diri dalam ketulusan
bergaul dengan kita (walau tidak semua).
Filosofi para kaum oportunis ini,
dari abad ke abad tidak pernah berubah dan surut. Uang dan uang! Sementara,
kearifan lokal bangsa kita adalah bukan sekadar itu, kita menganggap dunia
hanyalah tempat ujian untuk meraih kemenangan di alam keabadian kelak.
Perbedaan filosofi ini, agaknya, sampai kiamat pun tidak akan pernah bertemu
dan berdamai. Ini pun terjadi di hampir seluruh belahan dunia lainnya (baca
sepak terjang mereka di negara lain, terutama Malaysia yang filosofinya segaris
dengan kearifan lokal kita).
Kasus korupsi anggota DPR di mana
pun adanya, adalah wilayah hukum, tidak perlu lari-lari ke ranah politik
dukung-mendukung. Waspadalah. Saya tidak memprovokasi, tapi mari kita tunggu dan cermati, jangan hanya
ikut-ikutan tapi kurang dasar dan berakibat kehancuran kehidupan dan
kemerdekaan anak cucu kita kelak.
Percayalah, ini murni lahir dari
kekhawatiran saya pribadi dan hasil mencermati komentar-komentar para netizen
yang saya duga adalah para kaum oportunis (kalaulah itu kaum pribumi, mereka merupakan
korban penggiringan yang tidak mengerti atau tidak mau mengerti secara utuh dan
jernih atas sejarah perjalanan kenegaraan kita).
http://sastrombudeg.blogspot.com