Ketika Gerindra dan PKS menerapkan politik dagang kambingnya serta mengabaikan suara rakyat yang anti jokowi 2 periode, kemungkinan besar #2019gantipresiden tidak akan terwujud. Saya berharap, Gerindra dan PKS tidak 'nggege mangsa' dan terlalu percaya diri dengan mengedepankan ego kepartaian masing-masing.
Oleh sebab apa saya menulis ini? Apa dasarnya?
1. Prabowo sudah berjiwa satria dan secara implisit maupun eksplisit telah membuka diri, siap sebagai calon maupun siap sebagai 'King Maker'. Artinya, kader Gerindra harus mawas diri, bijak membuat pilihan, serta berani berjiwa besar untuk mengesampingkan pencalonan Prabowo. Jujur saya katakan, Prabowo sampai detik ini masih memiliki 'lubang fitnah' yang rentan untuk dibombardir oleh lawan-lawan politiknya. Peluang yang lebih besar akan muncul bila Prabowo berdiri sebagai 'King Maker' bagi misalnya, Gatot Nurmantyo, atau yang lain dalam tataran sama.
2.
Demikian juga PKS, jujurlah kepada diri sendiri bahwa kader kalian
bukanlah kader yang mempunyai daya tawar tinggi ke rakyat nasionalis
(bahkan tidak juga untuk sebagian besar yang berhaluan agamis). Kader
kalian hanya sebatas 'disukai' oleh orang-orang di dalam tubuh partai
kalian sendiri.
3. Karena sebagian besar pemilih bukanlah kader / simpatisan partai, tetapi para rakyat yang hanya ingin #2019gantipresiden.
4. Kapabilitas antara capres dan cawapres harus seimbang / selevel. Wapres bukanlah sekadar pendamping presiden. Mengapa? Karena kontestasi yang akan terjadi adalah kontestasi mencari putra terbaik bangsa dari yang terbaik, bukan ajang yang memaksa rakyat untuk memilih calon presiden dan calon wakil presiden dari sekumpulan anak bangsa yang 'terbaik dari yang terjelek' hasil olahan (filterisasi) partai politik-partai politik bermental blantik.
5. Penonjolan ego kepartaian pada koalisi ini akan mengakibatkan kemunculan poros tengah yang belum tentu menguntungkan Gerindra dan PKS, bahkan dapat menimbulkan keterpecahan suara 'oposan' serta bermuara pada kekalahan yang telak dan menyakitkan. Berdialog dengan rakyat yang bukan sebagai kader/simpatisan partai merupakan salah satu langkah bijak.
6. Berbeda dengan pemilu terdahulu, saat ini rakyat pro #2019gantipresiden sedang mencari partai politik yang bisa menjadi perahu pengusung aspirasinya, jangan terbalik! Partai politik harus berlapang dada untuk keluar dari pusaran watak hegemonitas demokrasinya (politiknya)! Ingat, partai politik ada karena tuntutan praktis dari faham demokrasi yang kita anut. Tidak lebih tidak kurang!
3. Karena sebagian besar pemilih bukanlah kader / simpatisan partai, tetapi para rakyat yang hanya ingin #2019gantipresiden.
4. Kapabilitas antara capres dan cawapres harus seimbang / selevel. Wapres bukanlah sekadar pendamping presiden. Mengapa? Karena kontestasi yang akan terjadi adalah kontestasi mencari putra terbaik bangsa dari yang terbaik, bukan ajang yang memaksa rakyat untuk memilih calon presiden dan calon wakil presiden dari sekumpulan anak bangsa yang 'terbaik dari yang terjelek' hasil olahan (filterisasi) partai politik-partai politik bermental blantik.
5. Penonjolan ego kepartaian pada koalisi ini akan mengakibatkan kemunculan poros tengah yang belum tentu menguntungkan Gerindra dan PKS, bahkan dapat menimbulkan keterpecahan suara 'oposan' serta bermuara pada kekalahan yang telak dan menyakitkan. Berdialog dengan rakyat yang bukan sebagai kader/simpatisan partai merupakan salah satu langkah bijak.
6. Berbeda dengan pemilu terdahulu, saat ini rakyat pro #2019gantipresiden sedang mencari partai politik yang bisa menjadi perahu pengusung aspirasinya, jangan terbalik! Partai politik harus berlapang dada untuk keluar dari pusaran watak hegemonitas demokrasinya (politiknya)! Ingat, partai politik ada karena tuntutan praktis dari faham demokrasi yang kita anut. Tidak lebih tidak kurang!
http://sastrombudeg.blogspot.com