sadarkah
kita bahwa kita saat ini tengah di ambang 'revolusi' yang paling berat
dalam sejarah kebangsaan kita semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945. kita
saat ini berada pada hiruk-pikuk yang membutuhkan pengawalan ekstra
dari semesta rakyat indonesia raya untuk mengamankan 'revolusi
moralitas' bangsa indonesia.
jargon
'reformasi' saat ini ternyata sudah tidak laku dijual dalam kehidupan
berbangsa. terlalu singkat sungguh! apabila hanya dalam kurun waktu tak
lebih dari 12 tahun, jiwa-jiwa bermental korup telah bangkit lagi, dan
bahkan terang-terangan unjuk kebobrokan moralitas dari ketiarapannya.
jiwa-jiwa
koruptor itu, mungkin saja ada dan bersarang dalam diri kita sendiri!
mungkin saja akibat kita terjebak dalam area dan aura mafia. mafia
hukum, mafia ekonomi, mafia agama, dan bahkan mafia dunia pendidikan!
dua terakhir adalah palang terakhir pula bagi laju jiwa-jiwa koruptor
dan manipulator dalam diri 'kita'.
untuk
itu, marilah kita rombak paradigma dan mitos sempit yang membelenggu
alam pikir kita bahwa korupsi seolah-olah telah menjadi budaya dan
hanyalah sebuah utopia belaka untuk menghapusnya!
korupsi
ternyata memang sudah menjadi urat nadi eksekutor dalam segala bentuk
penyelesaian semesta masalah-masalah kehidupan kita. termasuk urusan
bisnis, keamanan, atau pun sekedar urusan mencari sesuap nasi,
barangkali kita telah terkontaminasi dengan virus korupsi dan
manipulasi, karena mungkin danau besar di atas awan bernama negara
kesatuan republik indonesia telah teracuni. entah siapa menaburnya dan
dari mana hulunya.
korupsi
bisa kita singkirkan hanya dengan cara merevolusi mental dan moralitas
diri kita sendiri, ya, masing-masing kita! sekecil apa pun kita sekali
pun. kita yang tinggal di kota, di pulau terluar, atau dalam profesi apa
pun. (saya
terbahak), bukan cuma berteriak-teriak di jalanan menjadi
kepanjangtanganan politikus oportunis yang sudah bertanggal kadaluwarsa
dan tak punya 'momongan'.
jangan
takut, beranilah berkata dan bertindak 'tidak berkorupsi' dalam lingkup
kerja, pergaulan, atau dalam sel terkecil sekali pun.
tak
perlu takut dan jatuh gengsi dicap sebagai pahlawan kesiangan! tak
perlu merasa tersingkir dari jungkir-balik logika mereka (para
promentalitas korupsi).
selamat datang martir-martir 'revolusi moral semesta rakyat indonesia raya'.kebanggaan
dan kejayaan kita bukan melulu tentang borobudur, tentang toba, tentang
warok, dan eksotika pulau dewata, wayang, batik, atau komodo.
kebanggaan dan kejayaan kita selanjutnya adalah tentang cita-cita, mimpi
besar, dan menyatakannya! lalu berlanjut dengan mimpi-mimpi besar di
langit indonesia raya lainnya, dan kita berbondong menyatakannya! inilah
dinamika sebuah bangsa yang tak ingin tergilas 'saudara serumpun'nya! di
saat bangsa-bangsa di belahan dunia sana tengah menikmati dan terus
saja menuliskan kenyataan-kenyataan manis buah mimpi besarnya, dan terus
saja mencipta mimpi-mimpi besar mereka yang baru, ....
ironisnya, ....
kita
saat ini justru tengah dalam kebingungan dan belajar kembali sekedar
untuk mengerti tentang apa arti mimpi besar bagi sebuah bangsa! 'revolusi'
ini tidak membutuhkan orang-orang politik yang hanya setia pada partai,
'selebritis bermuka agamis', orang-orang hukum yang hanya berdedikasi
pada baju korps sendiri, yang hanya pandai bantah-membantah dan
bermental oportunis, para pedagang yang bermental 'ngemis tender' dan
berpat-gulipat angka-angka proyek!
tak usah saling menyalahkan!
tak
perlu pula kita tunjuk hidung 'gayus-gayus' atau yang lain! dari
situlah kita ditonton oleh para duta besar negara asing sebagai opera
kurcaci-kurcaci kerdil! revolusi ini adalah revolusi mental dan moral
semesta rakyat indonesia raya! tak terkecuali!
ini
bukan melulu masalah pemerintah pusat. percuma, pemerintah pusat ngotot
membentuk tim pemberantasan mafia-mafia virus bejat nan merugikan
bangsa, apabila orang-orang di daerah cuma berani nonton dan
ongkang-ongkang serta tidak berkomitmen terhadap denyut nadi
pemberantasan korupsi bangsanya.
sadarkah
kita bahwa kini daerah telah menjadi tempat berlindung paling aman bagi
jejaring mafia-mafia tersebut di atas. saya ’sinyalir’ banyak ’orang
pusat’ merasa lebih bebas dari sorotan dan ‘nyaman’ menyusun tahapan
karier ke pusat-nya dengan dukungan suasana daerah dalam sikap
keabu-abuannya terhadap korupsi dan manipulasi.
tak ada oknum di sini. ini adalah kesalahan sistem yang ’menyemesta’!
untuk sementara, diam dululah pak politikus! ini bukan ranah politik aji mumpung ....
diam dululah pak hukum! ini bukan wilayah pasal-pasal kalian ….
diam
dululah dari bicara yang melulu berdasarkan logika disiplin ilmu,
pangkat, jabatan, profesi, dan strata pendidikan sendiri.
ini adalah masalah dekadensi moralitas! (yang pernah ditulis seorang kawan sma saya pada tahun 80-an yang kenyataannya makin parah). dengan ppkn tidak mempan! dengan pendidikan agama justru ’tambah pintar dan berani’ korupsi! lalu harus dengan apa lagi?
sekarang,
yang kita butuhkan adalah jiwa-jiwa perwira bukan hasil didikan akademi
atau sekolah tinggi. jiwa-jiwa perwira yang sanggup dan bersedia
berebut di barisan paling depan untuk 'me-revolusi mental dan moralitas
kita’!
jiwa-jiwa
perwira manusia pribumi dan keturunan yang secara sadar dan ikhlas
me-revolusi mentalitas dan moralitas kebangsaindonesiaannya. bukan hanya
mau mengeksploitir kekayaan sumber daya alam dan pasar besar bangsanya.
selama
ini, kita ternyata hanyalah sekumpulan manusia yang mencoba (bahkan
tidak pernah mencoba) berteriak sebagai bangsa besar, tapi tak berdaya
menggambar mimpi-mimpi besarnya, apalagi mewujudkannya!
selamat datang martir semesta rakyat indonesia raya!'
revolusi
mentalitas dan moralitas semesta rakyat indonesia raya bukanlah melulu
tentang korupsi dan underbownya. tapi momentumnya dimulai dari sini.
selamat datang perwira-perwira pertiwi!
(2010)
http://sastrombudeg.blogspot.com